Sabtu, 19 Maret 2011

Wanita Itu Mutiara ...

eramuslim - Woman was made from the rib of man, She was not created from his
head to top him, Not from his feet to be stepped upon, She was made from his
side to be close to him, From beneath his arm to be protected by him, Near his
heart to be loved by him.

Bagaimana perasaan seorang pria jika dikelilingi banyak wanita? Jika pertanyaan
itu disodorkan kepada saya, maka ungkapan "bangga" nampaknya cukup mewakili
perasaan saya. Saya senang setiap hari dikelilingi wanita cantik, shalihah pula.
Dan tentu pada saat itu saya semakin merasa menjadi 'pangeran'. Ups, jangan
curiga dulu, karena wanita-wanita cantik nan shalihah yang saya maksud adalah
istri dan dua anak saya yang keduanya 'kebetulan' wanita. Insya Allah.

Tidak hanya itu, sebelum saya menikah, saya juga lebih banyak disentuh oleh
wanita, yakni ibu karena semenjak usia enam tahun saya memilih untuk ikut ibu
saat ia bercerai dengan ayah. Sebuah naluri kedekatan anak terhadap ibunya yang
tidak sekedar karena telah menghisap ratusan liter air susu ibunya, melainkan
juga ikatan bathin yang tak bisa terpisahkan dari kehangatan yang senantiasa
diberikan seorang ibu terhadap anaknya.

Karena itulah, dalam hidup saya tidak ingin berbuat sesuatu yang sekiranya dapat
mengecewakan dan melukai seorang wanita. Namun sikap yang tepat dan bijak harus
diberikan seorang pria mengingat wanita itu terbuat dari tulang rusuk yang
bengkok, yang apabila terdapat kesalahan padanya, pria harus berhati-hati
meluruskannya. Terlalu keras akan mematahkannya, dibiarkan juga salah karena
akan tetap pada kebengkokannya. Meski demikian, tidak sedikit pria harus
membiarkan wanita kecewa demi meluruskan kesalahan itu, toh setiap pria yang
melakukan itu pun sangat yakin bahwa kekecewaan itu hanya sesaat kerena
selanjutnya akan berbuah manis.

Wanita itu ibarat bunga, yang jika kasar dalam memperlakukannya akan merusak
keindahannya, menodai kesempurnaannya sehingga menjadikannya layu tak berseri.
Ia ibarat selembar sutra yang mudah robek oleh terpaan badai, terombang-ambing
oleh hempasan angin dan basah kuyup meski oleh setitik air. Oleh karenanya,
jangan biarkan hatinya robek terluka karena ucapan yang menyakitkan karena
hatinya begitu lembut, jangan pula membiarkannya sendirian menantang hidup
karena sesungguhnya ia hadir dari kesendirian dengan menawarkan setangkup
ketenangan dan ketentraman. Sebaiknya tidak sekali-kali membuatnya menangis oleh
sikap yang mengecewakan, karena biasanya tangis itu tetap membekas di hati meski
airnya tak lagi membasahi kelopak matanya.

Wanita itu mutiara. Orang perlu menyelam jauh ke dasarnya untuk mendapatkan
kecantikan sesungguhnya. Karenanya, melihat dengan tanpa membuka tabir hatinya
niscaya hanya semu sesaat yang seringkali mampu mengelabui mata. Orang perlu
berjuang menyusur ombak, menahan arus dan menantang semua bahayanya untuk bisa
meraihnya. Dan tentu untuk itu, orang harus memiliki bekal yang cukup sehingga
layak dan pantas mendapatkan mutiara indah itu.

Wanita itu separuh dari jiwa yang hilang. Maka orang harus mencarinya
dengan seksama, memilihnya
dengan teliti, melihat dengan hati-hati sebelum
menjadikannya pasangan jiwa. Karena jika salah, ia tidak akan menjadi sepasang
jiwa yang bisa menghasilkan bunga-bunga cinta, melainkan noktah merah menyemai
pertikaian. Ia tak akan bisa menyamakan langkah, selalu bertolak pandang
sehingga tak memberikan kenyamanan dan keserasian. Ia tak mungkin menjadi satu
hati meski seluruh daya dikerahkan untuk melakukannya. Dan yang jelas ia tak
bisa menjadi cermin diri disaat lengah atau larut.

Wanita memiliki kekuatan luar biasa yang tak pernah dipunyai lawan jenisnya
dengan lebih baik. Yakni kekuatan cinta, empati dan kesetiaan. Dengan cintanya
ia menguatkan langkah orang-orang yang bersamanya, empatinya membangkitkan
mereka yang jatuh dan kesetiaannya tak lekang oleh waktu, tak lebur oleh
perubahan.

Dan wanita adalah sumber kehidupan. Yang mempertaruhkan hidupnya untuk sebuah
kehidupan baru, yang dari dadanya dialirkan air susu yang menghidupkan. Sehingga
semua pengorbanannya itu layak menempatkannya pada kemuliaan surga, juga
keagungan penghormatan. Tidak berlebihan pula jika Rasulullah menjadi seorang
wanita (Fathimah) sebagai orang pertama yang kelak mendampinginya di surga.
Untung saya bukan penyanyi ngetop yang menjadikan wanita dan cintanya sebatas
syair lagu demi meraup keuntungan. Sehingga yang tampak dimata hanyalah wanita
sebatas bunga-bunga penghias yang bisa dicampakkan ketika tak lagi menyenangkan.
Kebetulan saya juga bukan bintang sinetron yang kerap diagung-agungkan wanita.
Karena kalau saya jadi mereka, tentu 'kebanggaan' saya dikelilingi wanita cantik
bisa berbeda makna dengan kebanggaan saya sebagai seorang yang bukan
siapa-siapa.

Bagusnya juga wanita-wanita yang mendekati dan mengelilingi saya bukanlah mereka
yang rela diperlakukan tidak seperti bunga, bukan selayaknya mutiara dan tak
selembut sutra. Bukan wanita yang mencampakkan dirinya sendiri dalam kubangan
kehinaan berselimut kemewahan dan tuntutan zaman. Tidak seperti wanita yang rela
diinjak-injak kehormatannya, tak menghiraukan jerit hatinya sendiri, atau bahkan
pertentangan bathinnya. Juga bukan wanita yang membunuh nuraninya sendiri
sehingga tak menjadikan mereka wanita yang pantas mendapatkan penghormatan,
bahkan oleh buah hatinya sendiri.

Dan sudah pasti, selain tak ada wanita-wanita macam itu yang akan mendekati
lelaki bukan siapa-siapa seperti saya ini, saya pun tentu tidak akan betah
berlama-lama berdekatan dengan mereka, apalagi bangga. Semoga !
(cintaberdua@hotmail.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar