tag:blogger.com,1999:blog-88145348827726236282024-03-14T17:35:47.607+08:00Uswatun Nisa Utami (Aauria)Uswatun Nisa Utami (Aauria)http://www.blogger.com/profile/09518899551215159332noreply@blogger.comBlogger32125tag:blogger.com,1999:blog-8814534882772623628.post-77010215235576986842011-05-27T12:15:00.002+08:002011-05-27T12:15:57.471+08:00Steven Spielberg<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="fullpost">
: Langganan Peraih Oscar yang Belajar <br />dari Kegagalan<br /><br />A Beautiful Mind, Moulin Rouge, The Lord of the Rings, Gosford Park, <br />dan In the Bedroom, adalah film-film Hollywood yang minggu ini <br />dinominasikan untuk memenangkan Piala Oscar tahun 2002. Salah satu <br />langganan nominasi Piala Oscar adalah Steven Spielberg, sang <br />sutradara kawakan, pencetus film-film bergengsi yang umumnya juga <br />laku keras di pasaran. Seandainya saja tahun ini Steven Spielberg, <br />yang saat ini sedang istirahat setelah mengalami operasi pengangkatan <br />kidney, memproduksi sebuah film, kemungkinan besar film tersebut akan <br />masuk pula dalam nominasi Oscar. Siapakah Steven Spielberg dan apa <br />saja kiat sukses sang sutradara yang dapat kita teladani? Simak <br />cerita berikut ini. <br /><a name='more'></a><br />Cinta pada Bidang yang Ditekuni<br /><br />Steven Spielberg dilahirkan di Cincinnati, Ohio, USA pada tanggal 18 <br />Desember 1946 dan dibesarkan di Haddonfield, New Jersey dan <br />Scottsdale, Arizona. Sejak kecil, Spielberg telah jatuh cinta pada <br />industri perfilman. Kecintaan pada dunia film ini diwujudkan dengan <br />komitmen yang tinggi pada dunia film sejak ia berusia belasan. Film <br />pertamanya dibuat di rumah pada usia 12 tahun hanya dengan bantuan <br />kakak perempuannya. Dengan peralatan sederhana pada waktu itu, ia <br />mendedikasikan seluruh kemampuannya—fisik, pikiran dan kecintaannya, <br />pada film-film yang dibuatnya. Tidak heran jika pada usia 13 tahun, <br />Spielberg sudah berhasil meraih penghargaan lewat filmnya Escape to <br />Nowhere. Kecintaan dan komitmen pada dunia film ini terus dibawanya <br />sampai kini. <br /><br />Selalu Berusaha untuk Menghasilkan yang Terbaik <br /><br />Untuk menghasilkan karya-karya film terbaik, Steven Spielberg tidak <br />cepat puas dengan hasil yang " baik". Sutradara dan produser film ini <br />selalu berusaha keras untuk menghasilkan karya " unggulan". <br />Ia sangat teliti dalam detail film yang disutradarai. Perencanaan <br />produksi, penyusunan alur cerita, pemilihan pemain, karakterisasi <br />pemain, dekor, lokasi, dan baju pemain tidak luput dari perhatiannya. <br />Misalnya saja film Schindler's List yang memenangkan berbagai piala <br />penghargaan di dunia film, sarat dengan detail sejarah yang nyaris <br />sempurna. <br /><br />Ini bukan merupakan hasil kerja sesaat, tetapi hasil kerja yang <br />ditunjang berbagai penelitian sejarah yang dilakukannya sebelum <br />produksi film tersebut dimulai. Buktinya, hampir semua film-film yang <br />ditangani sukses besar, baik secara teknis, artistik, maupun <br />komersial. <br /><br />Kegagalan adalah Guru yang Baik <br /><br />Walaupun hampir semua film yang disutradarai, dan diproduksi <br />Spielberg meraih sukses besar, ada juga film-film sutradara ini yang <br />kurang berhasil. Salah satu contohnya adalah film yang berjudul 1941 <br />yang diproduksi tahun 1979. Kegagalan dalam film ini tidak membuat <br />Spielberg menjadi putus asa dan tidak mau lagi berkarya. Sebaliknya, <br />kesalahan-kesalahan yang ia lakukan selalu dijadikan pelajaran <br />berharga untuk memperbaiki film-film yang akan dihasilkan kemudian. <br /><br />Berpikir Beberapa Langkah ke Depan <br /><br />Close Encounter of the Third Kind, Raiders of the Lost Arc, E.T, Back <br />to the Future, Gremlin, dan Jurrasic Park merupakan film-film box <br />office karya Spielberg yang berani tampil beda dari film-film lainnya <br />yang muncul bersamaan. Spielberg tidak sekedar mengikut arus, tetapi <br />ia berhasil menciptakan " trend" di dunia film dengan konsep <br />konsepnya yang beberapa langkah lebih maju dari film-film yang <br />diproduksi pada saat yang sama. Perencanaan akurat, teknologi canggih <br />dan tema cerita yang selalu segar merupakan inovasi yang senantiasa <br />ditawarkan dalam film-film Spielberg. <br /><br />Banyak sekali gaya sukses orang-orang terkenal yang bisa kita <br />teladani, salah satunya adalah gaya sukses Steven Spielberg. Mungkin <br />saja gaya sang sutradara ini cocok untuk Anda teladani.<br /><br />Sumber: Sinar Harapan - Selasa, 26 Maret 2002 <br /><br /></div>
</div>Uswatun Nisa Utami (Aauria)http://www.blogger.com/profile/09518899551215159332noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8814534882772623628.post-84071764546041430152011-05-27T11:45:00.002+08:002011-05-27T11:45:57.822+08:00Winston Churchill<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="fullpost">
Pemimpin yang Serbabisa <br /><br />Winston Churchill. Tentu Anda sudah pernah mendengar nama tokoh <br />Perang Dunia II ini. Sir Winston Leonard Spencer Churchill lahir di <br />Blenheim Palace, Inggris, tanggal 30 November 1874. Pemimpin dunia <br />yang dianggap sebagai salah satu orator terbaik ini memiliki banyak <br />kualitas yang membuatnya terpilih sebagai salah satu tokoh dunia yang <br />menyumbangkan perubahan positif bagi umat manusia di berbagai bidang: <br />hukum, tata negara, ketenagakerjaan, literatur, dan militer. Pemimpin <br />serba bisa berdarah campuran Inggris dan Amerika Serikat ini ternyata <br />punya prinsip-prinsip hidup yang menarik untuk dipelajari.<br /><a name='more'></a><br />Terus Belajar <br /><br />Walaupun pendidikan umum yang dijalani tidak tuntas sampai jenjang <br />pendidikan tinggi, bukan berarti bekas Perdana Menteri Inggris dua <br />kali ini tidak cukup ber"ilmu." Sejak muda, Churchill tidak pernah <br />lepas dari buku. Segala jenis buku, terutama yang berhubungan dengan <br />sejarah merupakan "makanan"nya sehari-hari. Bahkan waktu bertugas di <br />medan perang pun (di Kuba, India, Sudan, dan Afrika Selatan), <br />Churchill selalu ditemani dengan buku dan pena. Ia belajar dari buku <br />sejarah, orang-orang sekitar, dan budaya yang ditemuinya. Hasil <br />pemikiran dari buku-buku yang dipelajari dan orang-orang serta budaya <br />sekitar yang diamati dituangkannya dalam bentuk buku-buku yang <br />berharga untuk dipelajari juga oleh orang lain. Tokoh kita, yang <br />bukunya The History of Second World War merupakan karya monumental di <br />bidang literatur, sadar bahwa sebagai pemimpin belajar merupakan <br />modal utama. Dengan belajar terus, wawasan menjadi lebih luas, <br />pengambilan keputusan menjadi lebih berkualitas, penyusunan strategi <br />lebih efektif, dan yang paling utama dapat membimbing bawahan untuk <br />maju. <br /><br />Bawa Perubahan Positif<br /><br />Dalam segala hal yang ditekuninya (baik sebagai tentara, penulis, <br />politisi, dan negarawan) sebagai seorang pemimpin, Churchill berjuang <br />untuk membawa perubahan positif bagi bidang yang dipimpinnya. Pada <br />saat menduduki jabatan President of the Board of Trade (1908-1910), <br />Churchill memperkenalkan pembatasan jam kerja, penetapan upah <br />minimum, dan perlindungan bagi pekerja dalam bentuk asuransi <br />kesehatan dan pengangguran. Sebagai Secretary of State for War and <br />Air (1919 – 1921), ia mereformasi angkatan darat dan udara Inggris. <br />Perubahan-perubahan lain yang dicetuskannya adalah modernisasi armada <br />laut Inggris.<br /><br />Pantang Menyerah<br /><br />Sejak awal Churchill menentang pemerintahan yang bersifat diktator. <br />Ini merupakan salah satu alasannya ikut ambil bagian dalam Perang <br />Dunia I dan II melawan para diktator yang berkuasa saat itu. Sebagai <br />pemimpin militer Inggris, ia juga berjuang untuk mendorong <br />terciptanya kemerdekaan bagi negara-negara baru di Timur Tengah dan <br />Afrika Utara. Untuk tujuannya ini, ia menghadapi banyak tentangan <br />baik dari kalangan tokoh-tokoh utama Inggris sendiri maupun tokoh-<br />tokoh dunia lainnya. Namun, sang pejuang yang juga sekaligus pemenang <br />nobel literatur ini pantang menyerah. Walaupun ia harus dikeluarkan <br />dari partai politik yang ditekuni atau pun dibenci oleh beberapa <br />tokoh politik penting di Inggris ia tetap gigih berjuang mencapai <br />tujuan yang dianggapnya dapat membawa kebaikan bagi orang banyak. <br /><br />Kolaborasi untuk Menang<br /><br />"If we are together, nothing is impossible. If we are divided, all <br />will fail," ungkapan yang sering dikatakan Churchill di depan <br />mahasiswa Universitas Harvard di Amerika Serikat. Churchill percaya <br />bahwa sebuah tujuan mulia untuk kepentingan orang banyak membutuhkan <br />keterlibatan banyak pihak agar tujuan tesebut dapat dimenangkan. <br />Misalnya saja pada Perang Dunia II: Winston Churchill menggalang <br />kerjasama antara lain dengan Amerika Serikat, Perancis, dan Uni <br />Soviet untuk menang berperang melawan kelompok Hitler (Jerman, Italia <br />dan Jepang). <br /><br />Anda ingin memiliki kualitas seorang pemimpin sekaliber Winston <br />Churchill? Mengapa tidak memulainya dengan "belajar" dari tokoh dunia <br />ini, "berjuang" untuk menerapkan keempat prinsip yang telah <br />ditekuninya agar dampak positif segera bisa dirasakan, "pantang <br />menyerah" dalam mengatasi masalah yang mungkin timbul <br />dan "berkolaborasi" dengan pihak-pihak yang dapat membantu mencapai <br />tujuan yang telah ditetapkan<br /><br />Sumber: Sinar Harapan - Selasa, 14 Mei 2002<br /></div>
</div>Uswatun Nisa Utami (Aauria)http://www.blogger.com/profile/09518899551215159332noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8814534882772623628.post-13626678264203472022011-03-26T14:30:00.000+08:002011-03-26T14:30:51.569+08:00Beriman kepada Hari akhir<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="fullpost">
Kehidupan manusia itu terbagi menjadi 2 yaitu kehidupan pendek di Darul
’Amal dan kehidupan abadi di Darul Jaza.<br />
1. Darul ’Amal :<br />
adalah bumi atau dunia yang kita tempati sekarang ini sampai batas
waktu tertentu yang amat singkat, tempat dan waktu yang diberikan kepada
kitauntuk melakukan amal yang kita kehendaki seperti orang-orang
sebelum kita yang juga telah mengalaminya.<br />
Allah swt berfirman : QS Faathir 44-45<br />
44. Dan apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu melihat
bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka, sedangkan
orang-orang itu adalah lebih besar kekuatannya dari mereka? dan tiada
sesuatupun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.<br />
<a name='more'></a><br />
45. Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya,
niscaya dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu mahluk
yang melatapun[1262] akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka,
sampai waktu yang tertentu; Maka apabila datang ajal mereka, Maka
Sesungguhnya Allah adalah Maha melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.<br />
Setiap lewat sehari, kesempatan hidup pun berkurang dan kita semakin
dekat dengan Darul Jaza (negeri balasan). Dan apabila kesempatan itu
benar-benar habis hidup di dunia itu terasa kurang dari sesaat.<br />
Allah swt berfirman : QS Yunus 45<br />
45. Dan (Ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan
mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah
berdiam (di dunia) Hanya sesaat di siang hari, (di waktu itu) mereka
saling berkenalan. Sesungguhnya Rugilah orang-orang yang mendustakan
pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk<br />
2. Darul Jaza :<br />
Adalah negeri akherat tempat manusia mendapatkan balasan semua
balasan di Darul ’Amal. Sedangkan maut adalah titik perpindahan dari
Darul ’Amal ke Darul Jaza. Generasi yang hidup saat ini termasuk kita
maksimal 100 tahun lagi akan mendapatkan balasan perbuatan kita.<br />
Allah swt berfirman : QS As Sajadah 11-12<br />
11. Katakanlah: "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut
nyawa)mu akan mematikanmu, Kemudian Hanya kepada Tuhanmulah kamu akan
dikembalikan."<br />
12. Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang
berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata):
"Ya Tuhan kami, kami Telah melihat dan mendengar, Maka kembalikanlah
kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, Sesungguhnya kami
adalah orang-orang yang yakin."<br />
70. Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang Telah
dikerjakannya dan dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan.<br />
71. Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahannam berombong-rombongan.
sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah
pintu-pintunya dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Apakah
belum pernah datang kepadamu rasul-rasul di antaramu yang membacakan
kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan
dengan hari ini?" mereka menjawab: "Benar (telah datang)". tetapi Telah
pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang yang kafir.<br />
72. Dikatakan (kepada mereka): "Masukilah pintu-pintu neraka
Jahannam itu, sedang kamu kekal di dalamnya" Maka neraka Jahannam Itulah
seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri.<br />
73. Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam
syurga berombong-rombongan (pula). sehingga apabila mereka sampai ke
syurga itu sedang pintu-pintunya Telah terbuka dan berkatalah kepada
mereka penjaga-penjaganya: "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu.
Berbahagialah kamu! Maka masukilah syurga ini, sedang kamu kekal di
dalamnya".<br />
74. Dan mereka mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang Telah
memenuhi janji-Nya kepada kami dan Telah (memberi) kepada kami tempat
Ini sedang kami (diperkenankan) menempati tempat dalam syurga di mana
saja yang kami kehendaki; Maka syurga Itulah sebaik-baik balasan bagi
orang-orang yang beramal".<br />
75. Dan kamu (Muhammad) akan melihat malaikat-mmlaikat berlingkar di
sekeliling 'Arsy bertasbih sambil memuji Tuhannya; dan diberi putusan
di antara hamba-hamba Allah dengan adil dan diucapkan: "Segala puji bagi
Allah, Tuhan semesta alam".<br />
Setelah kita mengetahui bahwa kehidupan manusia ada dua mari sekarang
kita cermati mengenai firman Allah terkait dengan Fase kehidupan
manusia setelah kehidupan dunia.<br />
1. Alam Barzakh<br />
Adalah kehidupan yang akan kita alami 9sejak kematian) sampai kiyamat
datang saat Allah swt membangkitkan manusia untuk memenuhi perhitungan
amal.<br />
Allah swt berfirman : QS Ghafir 46<br />
46. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang[1324], dan
pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah
Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras".<br />
Allah swt berfirman : QS Ali Imran 169-170<br />
169. Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah
itu mati; bahkan mereka itu hidup[248] disisi Tuhannya dengan mendapat
rezki.<br />
170. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang
diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap
orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul
mereka[249], bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati.<br />
2. Al Ba’ats wa An-Nusyur ( Hari Kebangkitan dan Hidup Setelah Mati )<br />
Setelah kehidupan di Alam Barzakh Allah swt membangkitkan manusia di
hari kiamat untuk menyempurnakan perhitungan amal.<br />
Allah swt berfirman : QS An Naba 17-18<br />
17. Sesungguhnya hari Keputusan adalah suatu waktu yang ditetapkan,<br />
18. Yaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangsakala lalu kamu
datang berkelompok-kelompok,<br />
Mari kita jadikan momen di bulan Ramadhan tahun 1429 H ini untuk
mentaskiyah diri kita sehingga Allah menghapuskan segala dosa kita dan
menerima semua bentuk amalan ibadah kita sehingga kita dipilih Allah
sebagai hambanya yang bertaqwa. Semoga ibadah kita bisa kita jadikan
asuransi yang dapat kita petik nantinya disaat kita telah kembali kepada
Allah Swt. Selain itu semoga ditahun yang akan datang kita lebih
terjaga keimanan dan ketaqwaan kita kepada Nya sehingga kita terjaga
dari perbuatan maksiat dan dosa dan kita siap menjadi jundi-Nya untuk
berdakwah menegakan agama Allah ini sehingga Islam akan terjaga
keberadaanya yang dapat membawa rahmatan lil’alamin di dunia dan
diakherat kelak. Allahhuakbar..... Allahhuakbar........ Allahhuakbar </div>
</div>Uswatun Nisa Utami (Aauria)http://www.blogger.com/profile/09518899551215159332noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8814534882772623628.post-70849828238366433412011-03-26T14:17:00.000+08:002011-03-26T14:18:16.070+08:00Sejarah kerajaan Majapahit<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="fullpost">
<a href="http://lh4.ggpht.com/_dtbepuPfO0c/TEgvcDYLtDI/AAAAAAAAAp0/VOUnCSA6qws/image7.png?imgmax=800"><img alt="kerajaan kutai" border="0" height="209" src="http://lh5.ggpht.com/_dtbepuPfO0c/TEgvtP4od-I/AAAAAAAAAp4/gpRiG6ojx14/image_thumb3.png?imgmax=800" style="border-width: 0px; display: inline;" title="kerajaan kutai" width="196" /></a> Banyak hasil penelitian yang
menyebutkan bahwa kerajaan Hindu tertua di Indonesia adalah<u> Kerajaan
Kutai</u> <br />
Kerajaan Kutai yang berlokasi di <u>hulu Sungai
Mahakam, Kalimantan Timur</u> adalah kerajaan bercorak Hindu pertama di
Nusantara. Sumber utama Kerajaan Kutai ialah tujuh buah batu bertulis
yang disebut <strong>yupa</strong>. Yupa itu ditulis dengan <strong>huruf
Pallawa</strong> dan berbahasa <strong>Sanskerta</strong>. Yupa itu
diperkirakan ditulis pada tahun 400 M ( abad ke-5 M ). Dari yupa itu
dapat diketahui bahwa raja yang memerintah ialah <strong>Mulawarwan</strong>,
anak <strong>Aswawarman</strong>, dan merupakan cucu <strong>Kudungga</strong>.
<br />
<span class="fullpost"> <a href="http://lh3.ggpht.com/_dtbepuPfO0c/TEgwDC-KWQI/AAAAAAAAAp8/LT8mlrnboPU/s1600-h/image10.png"><img align="right" alt="prasasti mulawarman" border="0" height="181" src="http://lh4.ggpht.com/_dtbepuPfO0c/TEgwLLlnF1I/AAAAAAAAAqA/vslt4TFruV8/image_thumb6.png?imgmax=800" style="border-width: 0px; display: inline; margin-left: 0px; margin-right: 0px;" title="prasasti mulawarman" width="138" /></a> Disebutkan pula
dalam yupa itu bahwa Raja Mulawarman memberikan hadiah 1.000 ekor lembu
kepada <em>kaum brahmana</em>. Selain itu, disebutkan pula bahwa
Aswawarman adalah <em>wangsakarta (pendiri dinasti).</em><br />
Dari
berbagai keterangan tersebut dapat dipastikan bahwa Kerajaan Kutai
telah mendapat pengaruh Hindu. <br />Namun, pengaruh Hindu diduga
setelah Kudungga selesai memerintah. Hal itu didasarkan pada nama<em>
Kudungga</em> sendiri adalah nama asli Indonesia. Oleh karena itu
Kudungga tidak disebut <em>wangsakarta</em>. Raja Mulawarman adalah raja
terbesar Kutai dan telah memeluk agama Hindu. <br />
<em></em><br />
<h3>
Kehidupan Sosial-Ekonomi Kerajaan Kutai</h3>
Dilihat dari
letak Kerajaan Kutai pada jalur perdagangan dan pelayaran antara Barat
dan Timur maka aktivitas perdagangan tampaknya menjadi mata pencaharian
yang utama. Rakyat Kutai sudah aktif terlibat dalam perdagangan
internasional dan tentu saja mereka berdagang pula sampai ke perairan
Laut Jawa dan Indonesia Timur untuk mencari barang-barang dagangan yang
laku di pasaran Internasional. Dengan demikian, Kutai telah termasuk
daerah persinggahan perdagangan internasional, yaitu Selat Malaka–Laut
Jawa–Selat Makasar–Kutai-–Cina, atau sebaliknya.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<h3>
Kebudayaan
& Kepercayaan Kerajaan Kutai</h3>
Kehidupan kebudayaan
masyarakat Kutai erat kaitannya dengan kepercayaan/agama yang dianut.
<br />Yupa merupakan salah satu hasil budaya masyarakat Kutai, yaitu
tugu batu yang merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia dari
zaman Megalitikum, yakni bentuk menhir. <br />Salah satu yupa itu
menyebutkan suatu tempat suci dengan nama Waprakeswara (tempat pemujaan
Dewa Siwa). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masyarakat Kutai
adalah pemeluk agama Siwa (hindu).<br />
</span></div>
</div>Uswatun Nisa Utami (Aauria)http://www.blogger.com/profile/09518899551215159332noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8814534882772623628.post-49156025532916178242011-03-26T14:13:00.001+08:002011-03-26T14:18:33.544+08:00Kerajaan-kerajaan Di Indonesia<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>Uswatun Nisa Utami (Aauria)http://www.blogger.com/profile/09518899551215159332noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8814534882772623628.post-44368664019524323282011-03-26T14:11:00.001+08:002011-03-26T14:19:17.867+08:00Kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
1. Kerajaan Kutai di Kalimantan timur tahun 400 M (Kerajaan Hindu)
Raja yang pertama : Kudungga
Raja yang terkenal : Mulawarman
2. Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat tahun 500 M (Kerajaan Hindu)
Raja yang terkenal : Purnawarman
3. Kerajaan Kalingga di Jepara (Jawa Tengah) tahun 640 M (Kerajaan Budha)
Raja yang terkenal : Ratu Shima:
4. Kerajaan Mataram Hindu di Jawa Tengah tahun 732 M (Kerajaan Hindu)
Raja yang pertama : Sanjaya
Raja yang terkenal : Balitung
5. Kerajaan Sriwijaya di Palembang abad VII (Kerajaan Budha)
Raja yang pertama : Sri Jaya Naga
Raja yang terkenal : Bala Putra Dewa
6. Kerajaan Medang di Jawa Timur abad IX (Kerajaan Hindu)
Raja yang terkenal : Empu Sendok:
7. Kerajaan Kahuripan di Jawa Timur tahun 1073 M (Kerajaan Hindu)
Raja yang pertama dan terkenal : Airlangga
8. Kerajaan Kediri di tepi Sungai Berantas Jawa Timur abad XII M (Kerajaan Hindu)
Raja yang pertama : Jaya Warsa
Raja yang terkenal : Jaya Baya
9. Kerajaan Singasari di Jawa Timur tahun 1222 - 1292
Raja yang pertama : Sri Rajasa (Ken Arok)
Raja yang terkenal : Kertanegara (Joko Dolok)
10. Kerajaan Majapahit di Delta Brantas tahun 1293 - 1520 (Kerajaan Hindu)
Raja yang pertama : Raden Wijaya
Raja yang terkenal : Hayam Wuruk
Raja yang terakhir : Brawijaya (K<br />
<a name='more'></a>ertabumi)
Patih yang terkenal : Gajah Mada
11. Kerajaan Pajajaran di Priangan (Jawa Barat) tahun 1333 (Kerajaan Hindu)
Raja yang terkenal : Sri Baduga Maharaja
Raja yang terakhir : Prabu Sedah
12. Kerajaan Demak di Jawa Tengah tahun 1513 - 1546 (Kerajaan Islam)
Raja yang pertama : Raden Patah (Sultan Bintoro)
Raja yang terakhir : Sultan Trenggono
13. Kerajaan Pajang di Surakarta tahun 1568 - 1586 (Kerajaan Islam)
Raja yang pertama : Joko Tingkir (Sultan Hadiwijoyo)
Raja yang terakhir : Ario Pangiri
14. Kerajaan Mataram Islam di Kota Gede (Yogyakarta) abad XVI Masehi (Kerajaan Islam)
Raja yang pertama : Suto Wijoyo (Panemabahan Senopati)
Raja yang terkenal : Sultan Agung
15. Kerajaan Banten di Jawa Barat tahun 1556 - 1580 (Kerajaan Islam)
Raja yang pertama : Hasanuddin
Raja yang terkenal : Sultan Ageng
Raja yang terakhir : Panembahan Yusuf</div>Uswatun Nisa Utami (Aauria)http://www.blogger.com/profile/09518899551215159332noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8814534882772623628.post-23017653891271998792011-03-26T14:08:00.001+08:002011-03-26T14:19:42.248+08:00Proklamasi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPKZnxKjJLLMckzUYnTM6WLS5zN0J2KhQCtmU_WSAnbXTGqVfvzshuzg1D5-oaO2dGYQnNdSlikEOw1xUgH5Y_0chmxVjZ-ak3yizOMwckAqZpJbpsJk-YwKnUQH9OrRcmO2AG_BRB05GB/s1600/naskahproklamasitt.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="287" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPKZnxKjJLLMckzUYnTM6WLS5zN0J2KhQCtmU_WSAnbXTGqVfvzshuzg1D5-oaO2dGYQnNdSlikEOw1xUgH5Y_0chmxVjZ-ak3yizOMwckAqZpJbpsJk-YwKnUQH9OrRcmO2AG_BRB05GB/s400/naskahproklamasitt.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<br />
Tidak banyak di antara generasi muda di Indonesia yang mengetahui bahwa sebenarnya ada problem mendasar di sekitar peristiwa proklamasi Republik Indonesia. Adalah seorang tokoh sejarah bernama KH Firdaus AN yang menyingkap terjadinya pengkhianatan terhadap Islam menjelang, saat, dan setelah kemerdekaan. Menurut beliau semestinya ada sebuah koreksi sejarah yang dilakukan oleh ummat Islam. Koreksi sejarah tersebut menyangkut pembacaan teks proklamasi yang setiap tahun dibacakan dalam upacara kenegaraan.<br />
<div class="fullpost">
Dalam penjelasan ensiklopedia bebas wikipedia, naskah proklamasi ditulis tahun 05 karena sesuai dengan tahun Jepang yang kala itu adalah tahun 2605.<br />
Berikut isi teks proklamasi yang disusun oleh duet Soekarno-Hatta:<br />
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.<br />
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.<br />
<br />
<a name='more'></a><br /><br />
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05 Atas nama bangsa Indonesia.<br />
Soekarno/Hatta<br />
<br />
Teks tersebut merupakan hasil ketikan Sayuti Melik (atau Sajoeti Melik), salah seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan proklamasi.<br />
<br />
Proklamasi kemerdekaan itu diumumkan di rumah Bung Karno, jl. Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, pada 17 Agustus 1945, hari Jum’at, bulan Ramadhan, pukul 10.00 pagi.<br />
<br />
Kritik KH Firdaus AN terhadap teks Proklamasi di atas:<br />
<br />
1. Teks Proklamasi seperti tersebut di atas jelas melanggar konsensus, atau kesepakatan bersama yang telah ditetapkan oleh BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada 22 Juni 1945.<br />
<br />
2. Yang ditetapkan pada 22 Juni 1945 itu ialah, bahwa teks Piagam Jakarta harus dijadikan sebagai Teks Proklamasi atau Deklarasi Kemerdekaan Indonesia.<br />
<br />
3. Alasan atau dalih Bung Hatta seperti diceritakan dalam bukunya Sekitar Proklamasi hal. 49, bahwa pada malam tanggal 16 Agustus 1945 itu, ‘Tidak seorang di antara kami yang mempunyai teks yang resmi yang dibuat pada tanggal 22 Juni 1945, yang sekarang disebut Piagam Jakarta, ‘ tidak dapat diterima, karena telah melanggar kaidah-kaidah sejarah yang harus dijunjung tinggi. Mengapa mereka tidak mengambil teks yang resmi itu di rumah beliau di Jl. Diponegoro yang jaraknya cukup dekat, tidak sampai dua menit perjalanan? Mengapa mereka bisa ke rumah Mayjend. Nisimura, penguasa Jepang yang telah menyerah dan menyempatkan diri untuk bicara cukup lama malam itu, tapi untuk mengambil teks Proklamasi yang resmi dan telah disiapkan sejak dua bulan sebelumnya mereka tidak mau? Sungguh tidak masuk akal jika esok pagi Proklamasi akan diumumkan, jam dua malam masih belum ada teksnya. Dan akhirnya teks itu harus dibuat terburu-buru, ditulis tangan dan penuh dengan coretan, seolah-olah Proklamasi yang amat penting bagi sejarah suatu bangsa itu dibuat terburu-buru tanpa persiapan yang matang!<br />
<br />
4. Teks Proklamasi itu bukan hanya ditandatangani oleh 2 (dua)<br />
orang tokoh nasional (Soekarno-Hatta), tetapi harus ditanda-tangani oleh 9 (sembilan) orang tokoh seperti dicantum dalam Piagam Jakarta. Keluar dan menyimpang dari ketentuan tersebut tadi adalah manipulasi dan penyimpangan sejarah yang mestinya harus dihindari. Teks itu tidak otentik dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Deklarasi Kemerdekaan Amerika saja ditandatangani oleh lebih dari 5 (lima) orang tokoh.<br />
<br />
5. Teks Proklamasi itu terlalu pendek, hanya terdiri dari dua alinea yang sangat ringkas dan hampa, tidak aspiratif. Ya, tidak mencerminkan aspirasi bangsa Indonesia; tidak mencerminkan cita-cita yang dianut oleh golongan terbesar bangsa ini, yakni para penganut agama Islam. Tak heran banyak pemuda yang menolak teks Proklamasi yang dipandang gegabah itu. Tak ada di dunia, teks Proklamasi atau deklarasi kemerdekaan yang tidak mencerminkan aspirasi bangsanya. Teks Proklamasi itu manipulatif dan merupakan distorsi sejarah, karena tidak sesuai dengan fakta yang ada di lapangan. Dalam sejarah tak ada kata maaf, karena itu harus diluruskan kembali teks Proklamasi yang asli. Adapun teks Proklamasi yang otentik, yang telah disepakati bersama oleh BPUPKI pada 22 Juni 1945 itu sesuai dengan teks atau lafal Piagam Jakarta.<br />
Jelasnya, teks proklamasi itu haruslah berbunyi seperti di bawah ini:<br />
<br />
PROKLAMASI<br />
<br />
Bahwa kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia ini harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan peri keadilan. Dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke pintu gerbang Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan didorong oleh keinginan luhur,<br />
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka dengan ini rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Kemudian dari pada itu, untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia, yang melindungi segenap bangsa Indonesia, dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasarkan kepada ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.<br />
<br />
Jakarta, 22 Juni 1945<br />
<br />
Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta, Mr. Ahmad Soebardjo, Abikusno Tjokrosujoso, A.A. Maramis, Abdul Kahar Muzakir, H. Agus Salim, KH.<br />
Wahid Hasjim, Mr. Muh Yamin.<br />
<br />
KH Firdaus AN mengusulkan supaya dilakukan koreksi sejarah. Untuk selanjutnya, demi menghormati musyawarah BPUPKI yang telah bekerja keras mempersiapkan usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, maka semestinya pada setiap peringatan kemerdekaan RI tidak lagi dibacakan teks proklamasi ”darurat” susunan BK-Hatta. Hendaknya kembali kepada orisinalitas teks proklamasi yang otentik seperti tercantum dalam Piagam Jakarta 22 Juni 1945 di atas.<br />
<br />
Benarlah Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam yang mensinyalir bahwa dekadensi ummat terjadi secara gradual. Didahului pertama kali oleh terurainya ikatan Islam berupa simpul hukum (aspek kehidupan sosial-kenegaraan). Tanpa kecuali ini pula yang menimpa negeri ini. Semenjak sebagian founding fathers negeri ini tidak berlaku ”amanah” sejak hari pertama memproklamirkan kemerdekaan maka diikuti dengan terurainya ikatan Islam lainnya sehingga dewasa ini kita lihat begitu banyak orang bahkan terang-terangan meninggalkan kewajiban sholat. Mereka telah mencoret kata-kata ”syariat Islam” dari teks proklamasi. Bahkan dalam teks proklamasi ”darurat” tersebut nama Allah ta’aala saja tidak dicantumkan, padahal dibacakan di bulan suci Ramadhan..! Seolah kemerdekaan yang diraih bangsa Indonesia tidak ada kaitan dengan pertolongan Allah ta’aala…!<br />
<br />
عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيُنْقَضَنَّ عُرَى الْإِسْلَامِ عُرْوَةً عُرْوَةً فَكُلَّمَا انْتَقَضَتْ عُرْوَةٌ تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِي تَلِيهَا وَأَوَّلُهُنَّ نَقْضًا الْحُكْمُ وَآخِرُهُنَّ الصَّلَاةُ<br />
<br />
“Sungguh akan terurai ikatan Islam simpul demi simpul. Setiap satu simpul terlepas maka manusia akan bergantung pada simpul berikutnya. Yang paling awal terurai adalah hukum dan yang paling akhir adalah sholat.”</div>
</div>Uswatun Nisa Utami (Aauria)http://www.blogger.com/profile/09518899551215159332noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8814534882772623628.post-11162768219543943462011-03-26T14:06:00.001+08:002011-03-26T14:20:06.063+08:00Liberalisme<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Liberalisme atau Liberal adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama.<br />
<br />
Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama.<br />
<br />
<a name='more'></a><br /><br />
Dalam masyarakat modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam sistem demokrasi, hal ini dikarenakan keduanya sama-sama mendasarkan kebebasan mayoritas. Bandingkan .<br />
<div class="fullpost">
Pokok-pokok Liberalisme<br />
Ada tiga hal yang mendasar dari Ideologi Liberalisme yakni Kehidupan, Kebebasan dan Hak Milik (Life, Liberty and Property).[2] Dibawah ini, adalah nilai-nilai pokok yang bersumber dari tiga nilai dasar Liberalisme tadi:<br />
<br />
* Kesempatan yang sama. (Hold the Basic Equality of All Human Being). Bahwa manusia mempunyai kesempatan yang sama, di dalam segala bidang kehidupan baik politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan. [2] Namun karena kualitas manusia yang berbeda-beda, sehingga dalam menggunakan persamaan kesempatan itu akan berlainan tergantung kepada kemampuannya masing-masing. Terlepas dari itu semua, hal ini (persamaan kesempatan) adalah suatu nilai yang mutlak dari demokrasi.[2]<br />
<br />
* Dengan adanya pengakuan terhadap persamaan manusia, dimana setiap orang mempunyai hak yang sama untuk mengemukakan pendapatnya, maka dalam setiap penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi baik dalam kehidupan politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan dan kenegaraan dilakukan secara diskusi dan dilaksanakan dengan persetujuan – dimana hal ini sangat penting untuk menghilangkan egoisme individu.( Treat the Others Reason Equally.)[2]<br />
<br />
* Pemerintah harus mendapat persetujuan dari yang diperintah. Pemerintah tidak boleh bertindak menurut kehendaknya sendiri, tetapi harus bertindak menurut kehendak rakyat.(Government by the Consent of The People or The Governed)[2]<br />
<br />
* Berjalannya hukum (The Rule of Law). Fungsi Negara adalah untuk membela dan mengabdi pada rakyat. Terhadap hal asasi manusia yang merupakan hukum abadi dimana seluruh peraturan atau hukum dibuat oleh pemerintah adalah untuk melindungi dan mempertahankannya. Maka untuk menciptakan rule of law, harus ada patokan terhadap hukum tertinggi (Undang-undang), persamaan dimuka umum, dan persamaan sosial.[2]<br />
<br />
* Yang menjadi pemusatan kepentingan adalah individu.(The Emphasis of Individual)[2]<br />
<br />
* Negara hanyalah alat (The State is Instrument). [2] Negara itu sebagai suatu mekanisme yang digunakan untuk tujuan-tujuan yang lebih besar dibandingkan negara itu sendiri. [2] Di dalam ajaran Liberal Klasik, ditekankan bahwa masyarakat pada dasarnya dianggap, dapat memenuhi dirinya sendiri, dan negara hanyalah merupakan suatu langkah saja ketika usaha yang secara sukarela masyarakat telah mengalami kegagalan.[2]<br />
<br />
* Dalam liberalisme tidak dapat menerima ajaran dogmatisme (Refuse Dogatism). [2] Hal ini disebabkan karena pandangan filsafat dari John Locke (1632 – 1704) yang menyatakan bahwa semua pengetahuan itu didasarkan pada pengalaman. Dalam pandangan ini, kebenaran itu adalah berubah.[2]<br />
Dua Masa Liberalisme<br />
Liberalisme adalah sebuah ideologi yang mengagungkan kebebasan. [2] Ada dua macam Liberalisme, yakni Liberalisme Klasik dan Liberallisme Modern. [2] Liberalisme Klasik timbul pada awal abad ke 16. [2] Sedangkan Liberalisme Modern mulai muncul sejak abad ke-20. [2] Namun, bukan berarti setelah ada Liberalisme Modern, Liberalisme Klasik akan hilang begitu saja atau tergantikan oleh Liberalisme Modern, karena hingga kini, nilai-nilai dari Liberalisme Klasik itu masih ada. [2] Liberalisme Modern tidak mengubah hal-hal yang mendasar ; hanya mengubah hal-hal lainnya atau dengan kata lain, nilai intinya (core values) tidak berubah hanya ada tambahan-tanbahan saja dalam versi yang baru. [2] Jadi sesungguhnya, masa Liberalisme Klasik itu tidak pernah berakhir.[2]<br />
<br />
Dalam Liberalisme Klasik, keberadaan individu dan kebebasannya sangatlah diagungkan. [2] Setiap individu memiliki kebebasan berpikir masing-masing – yang akan menghasilkan paham baru. Ada dua paham, yakni demokrasi (politik) dan kapitalisme (ekonomi). [2] Meskipun begitu, bukan berarti kebebasan yang dimiliki individu itu adalah kebebasan yang mutlak, karena kebebasan itu adalah kebebasan yang harus dipertanggungjawabkan. [2] Jadi, tetap ada keteraturan di dalam ideologi ini, atau dengan kata lain, bukan bebas yang sebebas-bebasnya.[4]</div>
</div>Uswatun Nisa Utami (Aauria)http://www.blogger.com/profile/09518899551215159332noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8814534882772623628.post-63882040581061547942011-03-26T14:04:00.002+08:002011-03-26T14:20:36.494+08:00Peristiwa Sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Peristiwa Rengasdengklok<br />
<br />
Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai Peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya.<br />
<div class="fullpost">
Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu – buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.<br />
Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda<br />
<br />
<a name='more'></a><br /><br />
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro Maeda, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda tidak mau menerima Sukarno Hatta yang diantar oleh Maeda dan memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokio bahwa Jepang harus menjaga Status quo, tidak dapat memberi ijin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokio dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.<br />
<br />
Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Setelah menyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalka berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, BM Diah, Sudiro (Mbah) dan Sajuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada kalim dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti “tranfer of power”. Bung Hatta, Subardjo, BM Diah, Sukarni, Sudiro dan Sayuti Melik tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nisjijima masih didengungkan.<br />
<br />
Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut. Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada, namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur no2 (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).<br />
Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi<br />
<br />
Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Herdiningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih ( Sang Saka Merah Putih ), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.<br />
<br />
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.<br />
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD45 Indonesia . Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuania yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnyaoleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.<br />
<br />
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari otto iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.</div>
</div>Uswatun Nisa Utami (Aauria)http://www.blogger.com/profile/09518899551215159332noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8814534882772623628.post-83493208634928203092011-03-26T13:47:00.000+08:002011-03-26T13:54:45.541+08:00Gambar Proyeksi<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9c0DKZMkdnMRXpNqfFf2fBCIJyWu1uTlyt1Sf1rdTmBTymrhBbdlgdOkj4_eiuUIi1TuQTTU6XcUWOMuMJWchhKFmKbImvOqXssm4X7Lm6jqg88ohESr5KYDd_MX-GV73ZIMZpvq9if1K/s1600/MAKET.jpg" imageanchor="1" style="clear:right; float:right; margin-left:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="240" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9c0DKZMkdnMRXpNqfFf2fBCIJyWu1uTlyt1Sf1rdTmBTymrhBbdlgdOkj4_eiuUIi1TuQTTU6XcUWOMuMJWchhKFmKbImvOqXssm4X7Lm6jqg88ohESr5KYDd_MX-GV73ZIMZpvq9if1K/s400/MAKET.jpg" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEBOd7c64WqJxZ7XULcgsvz2Ih1s2TFj0S7jVJQzLSda2qdxxTL4mRF9MzkyL0GpE_4hX3rYRp6IM6DxwB6prW7cz2-jtB4hB2ggbovcHMT7ztT5NK9D5oV72DK7z8wIx-jRdH2UFvWaMm/s1600/AyN.JPG" imageanchor="1" style="clear:right; float:right; margin-left:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="300" width="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEBOd7c64WqJxZ7XULcgsvz2Ih1s2TFj0S7jVJQzLSda2qdxxTL4mRF9MzkyL0GpE_4hX3rYRp6IM6DxwB6prW7cz2-jtB4hB2ggbovcHMT7ztT5NK9D5oV72DK7z8wIx-jRdH2UFvWaMm/s400/AyN.JPG" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdlWX_AYgtFczkZlNWuk1HvkRygpard-prYxqjaj44LXuamFn9NWdz44CbLrMoLJCZzD3uX_gfOzCvW8M-va5yaInyaKGM7eC23bt_JiEDh4DYYvNOgcuSrKiZHwRT407y9QJWN_j79R3m/s1600/maket+banten+3.jpg" imageanchor="1" style="clear:right; float:right; margin-left:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="300" width="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdlWX_AYgtFczkZlNWuk1HvkRygpard-prYxqjaj44LXuamFn9NWdz44CbLrMoLJCZzD3uX_gfOzCvW8M-va5yaInyaKGM7eC23bt_JiEDh4DYYvNOgcuSrKiZHwRT407y9QJWN_j79R3m/s400/maket+banten+3.jpg" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjW6sqA65CF8kHsST4YBHestfpVAD4mqIOhMOjNvTBQY0fju9ESvoRnxWlIOULAwh4M0AynjO0s-KsfSZSkWDD6UBoBCbh4SNtAkv0AzEi5kad1sB0wkdO42jMVph5v-FvamYjLCAGTX61i/s1600/NunuM.jpg" imageanchor="1" style="clear:right; float:right; margin-left:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="312" width="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjW6sqA65CF8kHsST4YBHestfpVAD4mqIOhMOjNvTBQY0fju9ESvoRnxWlIOULAwh4M0AynjO0s-KsfSZSkWDD6UBoBCbh4SNtAkv0AzEi5kad1sB0wkdO42jMVph5v-FvamYjLCAGTX61i/s400/NunuM.jpg" /></a></div><br />
<br />
<div class="fullpost"> </div>Uswatun Nisa Utami (Aauria)http://www.blogger.com/profile/09518899551215159332noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8814534882772623628.post-31692572696140295052011-03-26T13:39:00.000+08:002011-03-26T13:54:45.542+08:00Sistem kekebalanSistem kekebalan (bahasa Inggris: immune system) adalah sistem pertahanan manusia sebagai perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh dan molekul lain seperti yang terjadi pada autoimunitas, dan melawan sel yang teraberasi menjadi tumor.[1]<br />
<br />
Kemampuan sistem kekebalan untuk membedakan komponen sel tubuh dari komponen patogen asing akan menopang amanat yang diembannya guna merespon infeksi patogen - baik yang berkembang biak di dalam sel tubuh (intraselular) seperti misalnya virus, maupun yang berkembang biak di luar sel tubuh (ekstraselular) - sebelum berkembang menjadi penyakit.<br />
<br />
Meskipun demikian, sistem kekebalan mempunyai sisi yang kurang menguntungkan. Pada proses peradangan, penderita dapat merasa tidak nyaman oleh karena efek samping yang dapat ditimbulkan sifat toksik senyawa organik yang dikeluarkan sepanjang proses perlawanan berlangsung.[2]<br />
<br />
<br />
Barikade awal pertahanan terhadap organisme asing adalah jaringan terluar dari tubuh yaitu kulit, yang memiliki banyak sel termasuk makrofaga dan neutrofil yang siap melumat organisme lain pada saat terjadi penetrasi pada permukaan kulit, dengan tidak dilengkapi oleh antibodi.[1] Barikade yang kedua adalah kekebalan tiruan.<br />
<br />
<br />
Walaupun sistem pada kedua barikade mempunyai fungsi yang sama, terdapat beberapa perbedaan yang mencolok, antara lain :<br />
<br />
* sistem kekebalan tiruan tidak dapat terpicu secepat sistem kekebalan turunan<br />
* sistem kekebalan tiruan hanya merespon imunogen tertentu, sedangkan sistem yang lain merespon nyaris seluruh antigen.<br />
* sistem kekebalan tiruan menunjukkan kemampuan untuk "mengingat" imunogen penyebab infeksi dan reaksi yang lebih cepat saat terpapar lagi dengan infeksi yang sama. Sistem kekebalan turunan tidak menunjukkan bakat immunological memory.[2]<br />
<div class="fullpost"><br />
Semua sel yang terlibat dalam sistem kekebalan berasal dari sumsum tulang. Sel punca progenitor mieloid berkembang menjadi eritrosit, keping darah, neutrofil, monosit. Sementara sel punca yang lain progenitor limfoid merupakan prekursor dari sel T, sel NK, sel B.[2]<br />
<br />
Sistem kekebalan dipengaruhi oleh modulasi beberapa hormon neuroendokrin.[3]<br />
Perlindungan di tanaman<br />
Anggota dari seluruh kelas patogen yang menginfeksi manusia juga menginfeksi tanaman. Meski spesies patogenik bervariasi pada spesies terinfeksi, bakteri, jamur, virus, nematoda, dan serangga bisa menyebabkan penyakit tanaman. Seperti binatang, tanaman diserang serangga dan patogen lain yang memiliki respon metabolik kompleks yang memicu bentuk perlindungan melawan komponen kimia yang melawan infeksi atau membuat tanaman kurang menarik bagi serangga dan herbivora lainnya.<br />
<br />
Seperti invertebrata, tanaman tidak menghasilkan antibodi, respon sel T, ataupun membuat sel yang bergerak yang mendeteksi keberadaan patogen. Pada saat terinfeksi, bagian-bagian tanaman dibentuk agar dapat dibuang dan digantikan, ini adalah cara yang hanya sedikit hewan mampu melakukannya. Membentuk dinding atau memisahkan bagian tanaman membantu menghentikan penyebaran infeksi.<br />
<br />
Kebanyakan respon imun tanaman melibatkan sinyal kimia sistemik yang dikirim melalui tanaman. Tanaman menggunakan reseptor pengenal pola untuk mengidentifikasi patogen dan memulai respon basal yang memproduksi sinyal kimia yang membantu menjaga dari infeksi. Ketika bagian tanaman mulai terinfeksi oleh patogen mikrobial atau patogen viral, tanaman memproduksi respon hipersensitif terlokalisasi, yang lalu membuat sel di sekitar area terinfeksi membunuh dirinya sendiri untuk mencegah penyebaran penyakit ke bagian tanaman lainnya. Respon hipersensitif memiliki kesamaan dengan pirotopsis pada hewan.<br />
</div>Uswatun Nisa Utami (Aauria)http://www.blogger.com/profile/09518899551215159332noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8814534882772623628.post-25749717409430567252011-03-26T13:37:00.000+08:002011-03-26T13:54:45.543+08:00Sistem pernapasan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjU_wh7rR3uGEVDPvt-Be2qkfMuhTXgb-XYsAJXMWtHvSqiERA6V5tUErrQt0qqHA4bTeTmW3dNTUvx-KR2NOY8cqCjxkP0x4pTd9Uwc2rZfO56u82GmmZ0YSttPl7GBe51SpxsrmqrDAnJ/s1600/528px-Respiratory_system_complete_en.svg.png" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="400" width="352" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjU_wh7rR3uGEVDPvt-Be2qkfMuhTXgb-XYsAJXMWtHvSqiERA6V5tUErrQt0qqHA4bTeTmW3dNTUvx-KR2NOY8cqCjxkP0x4pTd9Uwc2rZfO56u82GmmZ0YSttPl7GBe51SpxsrmqrDAnJ/s400/528px-Respiratory_system_complete_en.svg.png" /></a></div><br />
<br />
Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk pertukaran gas. Pada hewan berkaki empat, sistem pernapasan umumnya termasuk saluran yang digunakan untuk membawa udara ke dalam paru-paru di mana terjadi pertukaran gas. Diafragma menarik udara masuk dan juga mengeluarkannya. Berbagai variasi sistem pernapasan ditemukan pada berbagai jenis makhluk hidup. Bahkan pohon pun memiliki sistem pernapasan.<br />
<div class="fullpost">Pernapasan dada<br />
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.<br />
<br />
1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.<br />
2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.<br />
<br />
Pernapasan perut<br />
Pernapasan perut adalah pernapasan yang melibatkan otot diafragma. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.<br />
<br />
1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot diafragma sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.<br />
2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot diaframa ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.<br />
<br />
</div>Uswatun Nisa Utami (Aauria)http://www.blogger.com/profile/09518899551215159332noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8814534882772623628.post-31231111277665708062011-03-26T13:29:00.002+08:002011-03-26T13:31:45.762+08:00Gaya (fisika)Di dalam ilmu fisika, gaya atau kakas adalah apapun yang dapat menyebabkan sebuah benda bermassa mengalami percepatan.[1]. Gaya memiliki besar dan arah, sehingga merupakan besaran vektor. Satuan SI yang digunakan untuk mengukur gaya adalah Newton (dilambangkan dengan N). Berdasarkan Hukum kedua Newton, sebuah benda dengan massa konstan akan dipercepat sebanding dengan gaya netto yang bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan massanya.<br />
<br />
<div class="fullpost">Penjelasan lain yang mirip, gaya netto yang bekerja pada sebuah benda adalah sebanding dengan laju perubahan momentum yang dialaminya.[2]<br />
<br />
<br />
Gaya bukanlah sesuatu yang pokok dalam ilmu fisika, meskipun ada kecenderungan untuk memperkenalkan ilmu fisika lewat konsep ini. Yang lebih pokok ialah momentum, energi dan tekanan. Sebenarnya, tak seorang pun dapat mengukur gaya secara langsung. Tetapi, kalau sesuatu mengatakan seseorang mengukur gaya, sedikit berpikir akan membuat seseorang menyadari bahwa apa yang diukur sebenarnya adalah tekanan (atau mungkin kemiringannya). "Gaya" yang Anda rasakan saat meraba kulit anda, misalnya, sebenarnya adalah sel syaraf tekanan Anda yang mendapat perubahan tekanan. Ukuran neraca pegas mengukur ketegangan pegas, yang sebenarnya adalah tekanannya, dll. Dalam bahasa sehari-hari gaya dikaitkan dengan dorongan atau tarikan, mungkin dikerahkan oleh otot-otot kita. Di fisika, kita memerlukan definisi yang lebih presisi. Kita mendefinisikan gaya di sini dalam hubungannya dengan percepatan yang dialami benda standar yang diberikan ketika ditempatkan di lingkungan sesuai. Sebagai benda standar kita menggunakan (atau agaknya membayangkan bahwa kita menggunakannya!) silinder platinum yang disimpan di International Bureau of Weights and Measures dekat Paris dan disebut kilogram standar. Di fisika, gaya adalah aksi atau agen yang menyebabkan benda bermassa bergerak dipercepat. Hal ini mungkin dialami sebagai angkatan, dorongan atau tarikan. Percepatan benda sebanding dengan penjumlahan vektor seluruh gaya yang beraksi padanya (dikenal sebagai gaya netto atau gaya resultan). Dalam benda yang diperluas, gaya mungkin juga menyebabkan rotasi, deformasi atau kenaikan tekanan terhadap benda. Efek rotasi ditentukan oleh torka, sementara deformasi dan tekanan ditentukan oleh stres yang diciptakan oleh gaya. Gaya netto secara matematis sama dengan laju perubahan momentum benda dimana gaya beraksi. Karena momentum adalah kuantitas vektor (memiliki besar dan arah), gaya adalah juga kuantitas vektor. Konsep gaya telah membentuk bagian dari statika dan dinamika sejak zaman kuno. Kontribusi kuno terhadap statika berpuncak dalam pekerjaan Archimedes di abad ke tiga sebelum Masehi, yang masih membentuk bagian fisika modern. Sebaliknya, dinamika Aristoteles disatukan kesalahpahaman intuisi peranan gaya yang akhirnya dikoreksi dalam abad ke 17, berpuncak dalam pekerjaan Isaac Newton. Menurut perkembangan mekanika kuantum, sekarang dipahami bahwa partikel saling mempengaruhi satu sama lain melalui interaksi fundamental, menjadikan gaya sebagai konsep yang berguna hanya pada konsep makroskopik. Hanya empat interaksi fundamental yang dikenal: kuat, elektromagnetik, lemah (digabung menjadi satu interaksi elektrolemah pada tahun 1970-an), dan gravitasi (dalam urutan penurunan kuat interaksi).<br />
Sejarah<br />
Aristoteles dan pengikutnya meyakini bahwa keadaan alami objek di bumi tak bergerak dan bahwasannya objek-objek tersebut cenderung ke arah keadaan tersebut jika dibiarkan begitu saja. Aristoteles membedakan antara kecenderungan bawaan objek-objek untuk menemukan “tempat alami” mereka (misal benda berat jatuh), yang menuju “gerak alami”, dan tak alami atau gerak terpaksa, yang memerlukan penerapan kontinyu gaya.<br />
Namun teori ini meskipun berdasarkan pengalaman sehari-hari bagaimana objek bergerak (misal kuda dan pedati), memiliki kesulitan perhitungan yang menjengkelkan untuk proyektil, semisal penerbangan panah. Beberapa teori telah dibahas selama berabad-abad, dan gagasan pertengahan akhir bahwa objek dalam gerak terpaksa membawa gaya dorong bawaan adalah pengaruh pekerjaan Galileo. Galileo melakukan eksperimen dimana batu dan peluru meriam keduanya digelindingkan pada suatu kecuraman untuk membuktikan kebalikan teori gerak Aristoteles pada awal abad 17. Galileo menunjukkan bahwa benda dipercepat oleh gravitasi yang mana tak gayut massanya dan berargumentasi bahwa objek mempertahankan kecepatan mereka jika tidak dipengaruhi oleh gaya - biasanya gesekan. Isaac Newton dikenal sebagai pembantah secara tegas untuk pertama kalinya, bahwa secara umum, gaya konstan menyebabkan laju perubahan konstan (turunan waktu) dari momentum. Secara esensi, ia memberi definisi matematika pertama kali dan hanya definisi matematika dari kuantitas gaya itu sendiri - sebagai turunan waktu momentum: F = dp/dt. Pada tahun 1784 Charles Coulomb menemukan hukum kuadrat terbalik interaksi antara muatan listrik menggunakan keseimbangan torsional, yang mana adalah gaya fundamental kedua. Gaya nuklir kuat dan gaya nuklir lemah ditemukan pada abad ke 20. Dengan pengembangan teori medan kuantum dan relativitas umum, disadari bahwa “gaya” adalah konsep berlebihan yang muncul dari kekekalan momentum (momentum 4 dalam relativitas dan momentum partikel virtual dalam elektrodinamika kuantum). Dengan demikian sekarang ini dikenal gaya fundamental adalah lebih akurat disebut “interaksi fundamental”.<br />
Jenis-jenis Gaya<br />
Meskipun terdapat dengan jelas banyak tipe gaya di alam semesta, mereka seluruhnya berbasis pada empat gaya fundamental. Gaya nuklir kuat dan gaya nuklir lemah hanya beraksi pada jarak yang sangat pendek dan bertanggung jawab untuk "mengikat" nukleon tertentu dan menyusun nuklir. Gaya elektromagnetik beraksi antara muatan listrik dan gaya gravitasi beraksi antara massa. Prinsip perkecualian Pauli bertanggung jawab untuk kecenderungan atom untuk tak "bertumpang tindih" satu sama lain, dan adalah jadinya bertanggung jawab untuk "kekakuan" materi, namun hal ini juga bergantung pada gaya elektromagnetik yang mengikat isi-isi setiap atom. Seluruh gaya yang lain berbasiskan pada keempat gaya ini. Sebagai contoh, gesekan adalah perwujudan gaya elektromagnetik yang beraksi antara atom-atom dua permukaan, dan prinsip perkecualian Pauli, yang tidak memperkenankan atom-atom untuk menerobos satu sama lain. Gaya-gaya dalam pegas dimodelkan oleh hukum Hooke adalah juga hasil gaya elektromagnetik dan prinsip perkecualian Pauli yang beraksi bersama-sama untuk mengembalikan objek ke posisi keseimbangan. Gaya sentrifugal adalah gaya percepatan yang muncul secara sederhana dari percepatan rotasi kerangka acuan. Pandangan mekanika kuantum modern dari tiga gaya fundamental pertama (seluruhnya kecuali gravitasi) adalah bahwa partikel materi (fermion) tidak secara langsung berinteraksi dengan satu sama lain namun agaknya dengan mempertukarkan partikel virtual (boson). Hasil pertukaran ini adalah apa yang kita sebut interaksi elektromagnetik (gaya Coulomb adalah satu contoh interaksi elektromagnetik). Dalam relativitas umum, gravitasi tidaklah dipandang sebagai gaya. Melainkan, objek yang bergerak secara bebas dalam medan gravitasi secara sederhana mengalami gerak inersia sepanjang garis lurus dalam ruang-waktu melengkung - didefinisikan sebagai lintasan ruang-waktu terpendek antara dua titik ruang-waktu. Garis lurus ini dalam ruang-waktu dipandang sebagai garis lengkung dalam ruang, dan disebut lintasan balistik objek. Sebagai contoh, bola basket yang dilempar dari landasan bergerak dalam bentuk parabola sebagaimana ia dalam medan gravitasi serba sama. Lintasan ruang-waktunya (ketika dimensi ekstra ct ditambahkan) adalah hampir garis lurus, sedikit melengkung (dengan jari-jari kelengkungan berorde sedikit tahun cahaya). Turunan waktu perubahan momentum dari benda adalah apa yang kita labeli sebagai "gaya gravitasi". Contoh:<br />
• Objek berat dalam keadaan jatuh bebas. Perubahan momentumnya sebagaimana<br />
dp/dt = mdv/dt = ma =mg (jika massa m konstan), jadi kita sebut kuantitas mg "gaya gravitasi" yang beraksi pada objek. Hal ini adalah definisi berat (W = mg) objek.<br />
• Objek berat di atas meja ditarik ke bawah menuju lantai oleh gaya gravitasi (yakni beratnya). Pada waktu yang sama, meja menahan gaya ke bawah dengan gaya ke atas yang sama (disebut gaya normal), menghasilkan gaya netto nol, dan tak ada percepatan. (Jika objek adalah orang, ia sesungguhnya merasa aksi gaya normal terhadapnya dari bawah.)<br />
• Objek berat di atas meja dengan lembut didorong dalam arah menyamping oleh jari-jari.<br />
• Akan tetapi, ia tidak pindah karena gaya dari jari-jari tangan pada objek sekarang dilawan oleh gaya baru gesekan statis, dibangkitkan antara objek dan permukaan meja.<br />
• Gaya baru terbangkitkan ini secara pasti menyeimbangkan gaya yang dikerahkan pada objek oleh jari, dan lagi tak ada percepatan yang terjadi.<br />
• Gesekan statis meningkat atau menurun secara otomatis. Jika gaya dari jari-jari dinaikkan (hingga suatu titik), gaya samping yang berlawanan dari gesekan statis meningkat secara pasti menuju titik dari posisi sempurna.<br />
• Objek berat di atas meja didorong dengan jari cukup keras sehingga gesekan statis tak dapat membangkitkan gaya yang cukup untuk menandingi gaya yang dikerahkan oleh jari, dan objek mulai terdorong melintasi permukaan meja. Jika jari dipindah dengan kecepatan konstan, ini perlu untuk menerapkan gaya yang secara pasti membatalkan gaya gesek kinetik dari permukaan meja dan kemudian objek berpindah dengan kecepatan konstan yang sama. Kecepatan adalah konstan hanya karena gaya dari jari dan gesekan kinetik saling menghilangkan satu sama lain. Tanpa gesekan, objek terus-menerus bergerak dipercepat sebagai respon terhadap gaya konstan.<br />
• Objek berat mencapai tepi meja dan jatuh. Sekarang objek, yang dikenai gaya konstan dari beratnya, namun dibebaskan dari gaya normal dan gaya gesek dari meja, memperoleh dalam kecepatannya dalam arah sebanding dengan waktu jatuh, dan jadinya (sebelum ia mencapai kecepatan dimana gaya tahanan udara menjadi signifikan dibandingkan dengan gaya gravitasi) laju perolehan momentum dan kecepatannya adalah konstan. Fakta ini pertama kali ditemukan oleh Galileo.<br />
• Objek berat suspended pada timbangan. Karena objek tidak bergerak (sehingga turunan waktu dari momentumnya adalah nol) maka selama percepatan jatuh bebas g ia harus mengalami percepatan yang diarahkan sama dan berlawanan a = -g dikarenakan aksi pegas.<br />
• Percepatan ini dikalikan dengan massa objek adalah apa yang kita labeli sebagai "gaya reaksi pegas" yang mana secara nyata sama dan berlawanan dengan berat objek mg.<br />
• Mengetahui massa (katakanlah, 1 kg) dan percepatan jatuh bebas (katakanlah, 9,8 meter/detik2) kita dapat menentukan timbangan dengan tanda "9,8 N". Pasang beragam massa (2 kg, 3 kg, ...) kita dapat mengkalibrasi timbangan dan kemudian menggunakan skala tertentu ini untuk mengukur banyak gaya yang lain (gesek, gaya reaksi, gaya listrik, gaya magnetik, dst).<br />
Definisi Kuantitatif<br />
Kita memiliki pemahaman intuitif ide gaya, karena gaya dapat secara langsung dirasakan sebagai dorongan atau tarikan. Sebagaimana dengan konsep fisika yang lain (misal temperatur), ide intuitif dikuantifikasi menggunakan definisi operasional yang konsisten dengan persepsi langsung, namun lebih presisi. Secara historis, gaya pertama kali secara kuantitatif diselidiki dalam keadaan keseimbangan statis dimana beberapa gaya membatalkan satu sama lain. Eksperimen demikian membuktikan sifat-sifat yang rumit bahwa gaya adalah kuantitas vektor aditif: mereka memiliki besar dan arah. Sehingga, ketika dua gaya berkasi pada suatu objek, gaya hasil, resultan, adalah penjumlahan vektor gaya asal. Hal ini disebut prinsip superposisi. Besar resultante bervariasi dari perbedaan besar dua gaya terhadap penjumlahan mereka, gayut sudut antara garis-garis aksi mereka. Sebagaimana dengan seluruh penambahan vektor hasil-hasil ini dalam aturan jajaran genjang: penambahan dua vektor yang diwakili oleh sisi-sisi jajaran genjang, memberi vektor resultan ekivalen yang sama dalam besar dan arah terhadap transversal jajaran genjang. Sebagaimana dapat ditambahkan, gaya juga dapat diuraikan (atau dipecah). Sebagai contoh, gaya horisontal menunjuk timur laut dapat dipecah menjadi dua gaya, satu menunjuk ke utara dan satu menunjuk timur. Jumlahkan komponen-komponen gaya ini menggunakan penambahan vektor menghasilkan gaya asal. Vektor-vektor gaya dapat juga menjadi tiga dimensi, dengan komponen ketiga (vertikal) pada penjuru sudut terhadap dua komponen horisontal. Kasus paling sederhana dari keseimbangan statis adalah ketika dua gaya adalah sama dalam besar namun berlawanan arah. Ini menyisakan cara yang paling biasa dari pengukuran gaya, menggunakan peralatan sederhana semisal timbangan berat dan neraca pegas. Menggunakan peralatan demikian, beberapa hukum gaya kuantitatif ditemukan: gaya gravitasi sebanding dengan volume objek yang terdiri dari material (secara luas dimanfaatkan saat ini untuk mendefinisikan standar berat); prinsip Archimedes untuk gaya apung; analisis Archimedes dari pengungkit; hukum Boyle untuk tekanan gas; dan hukum Hooke untuk pegas: seluruhnya diformulasikan dan secara eksperimental dibuktikan sebelum Isaac Newton menguraikan secara rinci tiga hukum geraknya. Gaya kadang-kadang didefinisikan menggunakan hukum kedua Newton, sebagai perkalian massa m kali percepatan atau lebih umum, sebagai laju perubahan momentum. Pendekatan ini diabaikan oleh sejumlah besar buku teks. Dengan pertimbangan yang lebih, hukum kedua Newton dapat diambil sebagai definisi kuantitatif massa; secara pasti dengan menuliskan hukum sebagai persamaan, satuan relatif gaya dan massa ditetapkan. sukses empirik yang diberikan hukum Newton, hal itu kadang-kadang digunakan untuk mengukur kuat gaya (sebagai contoh, menggunakan orbit astronomi untuk menentukan gaya gravitasi).<br />
Satuan Ukuran<br />
Satuan SI yang digunakan untuk mengukur gaya adalah newton (simbol N), yang mana adalah ekivalen dengan kg.m.s-2. Satuan CGS lebih awal adalah dyne. Hubungan F = m.a dapat digunakan dengan yang mana pun.<br />
<br />
</div>Uswatun Nisa Utami (Aauria)http://www.blogger.com/profile/09518899551215159332noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8814534882772623628.post-48585634298890254132011-03-26T13:20:00.003+08:002011-03-26T13:25:44.967+08:00Gaya GesekGaya gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda atau arah kecenderungan benda akan bergerak. Gaya gesek muncul apabila dua buah benda bersentuhan. Benda-benda yang dimaksud di sini tidak harus berbentuk padat, melainkan dapat pula berbentuk cair, ataupun gas. Gaya gesek antara dua buah benda padat misalnya adalah gaya gesek statis dan kinetis, sedangkan gaya antara benda padat dan cairan serta gas adalah gaya Stokes.<br />
Secara umum gaya gesek dapat dituliskan sebagai suatu ekspansi deret, yaitu <br />
<div class="fullpost">,<br />
di mana suku pertama adalah gaya gesek yang dikenal sebagai gaya gesek statis dan kinetis, sedangkan suku kedua dan ketiga adalah gaya gesek pada benda dalam fluida.<br />
Gaya gesek dapat merugikan atau bermanfaat. Panas pada poros yang berputar, engsel pintu yang berderit, dan sepatu yang aus adalah contoh kerugian yang disebabkan oleh gaya gesek. Akan tetapi tanpa gaya gesek manusia tidak dapat berpindah tempat karena gerakan kakinya hanya akan menggelincir di atas lantai. Tanpa adanya gaya gesek antara ban mobil dengan jalan, mobil hanya akan slip dan tidak membuat mobil dapat bergerak. Tanpa adanya gaya gesek juga tidak dapat tercipta parasut.<br />
o <br />
Asal gaya gesek<br />
Gaya gesek merupakan akumulasi interaksi mikro antar kedua permukaan yang saling bersentuhan. Gaya-gaya yang bekerja antara lain adalah gaya elektrostatik pada masing-masing permukaan. Dulu diyakini bahwa permukaan yang halus akan menyebabkan gaya gesek (atau tepatnya koefisien gaya gesek) menjadi lebih kecil nilainya dibandingkan dengan permukaan yang kasar, akan tetapi dewasa ini tidak lagi demikian. Konstruksi mikro (nano tepatnya) pada permukaan benda dapat menyebabkan gesekan menjadi minimum, bahkan cairan tidak lagi dapat membasahinya (efek lotus).<br />
Jenis-jenis gaya gesek<br />
Terdapat dua jenis gaya gesek antara dua buah benda yang padat saling bergerak lurus, yaitu gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis, yang dibedakan antara titik-titik sentuh antara kedua permukaan yang tetap atau saling berganti (menggeser). Untuk benda yang dapat menggelinding, terdapat pula jenis gaya gesek lain yang disebut gaya gesek menggelinding (rolling friction). Untuk benda yang berputar tegak lurus pada permukaan atau ber-spin, terdapat pula gaya gesek spin (spin friction). Gaya gesek antara benda padat dan fluida disebut sebagai gaya Coriolis-Stokes atau gaya viskos (viscous force).<br />
Gaya gesek statis<br />
Gaya gesek statis adalah gesekan antara dua benda padat yang tidak bergerak relatif satu sama lainnya. Seperti contoh, gesekan statis dapat mencegah benda meluncur ke bawah pada bidang miring. Koefisien gesek statis umumnya dinotasikan dengan μs, dan pada umumnya lebih besar dari koefisien gesek kinetis.<br />
Gaya gesek statis dihasilkan dari sebuah gaya yang diaplikasikan tepat sebelum benda tersebut bergerak. Gaya gesekan maksimum antara dua permukaan sebelum gerakan terjadi adalah hasil dari koefisien gesek statis dikalikan dengan gaya normal f = μs Fn. Ketika tidak ada gerakan yang terjadi, gaya gesek dapat memiliki nilai dari nol hingga gaya gesek maksimum. Setiap gaya yang lebih kecil dari gaya gesek maksimum yang berusaha untuk menggerakkan salah satu benda akan dilawan oleh gaya gesekan yang setara dengan besar gaya tersebut namun berlawanan arah. Setiap gaya yang lebih besar dari gaya gesek maksimum akan menyebabkan gerakan terjadi. Setelah gerakan terjadi, gaya gesekan statis tidak lagi dapat digunakan untuk menggambarkan kinetika benda, sehingga digunakan gaya gesek kinetis.<br />
Gaya gesek kinetis<br />
Gaya gesek kinetis (atau dinamis) terjadi ketika dua benda bergerak relatif satu sama lainnya dan saling bergesekan. Koefisien gesek kinetis umumnya dinotasikan dengan μk dan pada umumnya selalu lebih kecil dari gaya gesek statis untuk material yang sama.<br />
</div>Uswatun Nisa Utami (Aauria)http://www.blogger.com/profile/09518899551215159332noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8814534882772623628.post-69895591483990634402011-03-26T13:17:00.002+08:002011-03-26T14:23:54.396+08:00Cara merangkum paragraf<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
KESANTUNAN PARAGRAF<br />
<br />
A.Definisi Paragraf<br />
Paragraf merupakan bagian karangan yang terdiri atas beberapa kalimat yang berkaitan secara utuh dan padu serta membentuk satu kesatuan pikiran. Tiga persyaratan paragraf menjadi padu,yaitu kepaduan, kesatuan, dan kelengkapan. Secara lahiriah unsur paragraf itu berupa:<br />
1.Kalimat topik atau kalimat utama<br />
2.Kalimat pengembangan atau kalima penjelas<br />
3.Kalimat penegas<br />
<div class="fullpost">
<br />
<a name='more'></a><br /><br />
4.Kalimat, klausa, prosa, dan penghubung.<br />
Dalam sebuah karangan yang utuh, fungsi utama paragraf yaitu:<br />
1. Untuk memadai pembukuan atau awal ide/ gagasan baru<br />
2. Sebagai pengembangan lebih lanjut tentang ide sebelumnya, atau<br />
3. Sebagai penegasan terhadap gagasan yang di ungkapkan terlebih dahulu.<br />
<br />
B.Persyaratan Paragraf Baik<br />
1.Kepaduan Paragraf<br />
Untuk mencapai kepaduan, langkah-langkah yang harus anda tempuh adalah kemampuan merangkai sehingga bertalian secara logis dan padu, agar kalimat bertahan logis dan padu gunakan kata penghubung.<br />
Ada 2 jenis kata penghubung yaitu :<br />
1.Kata penghubung intrakalimat adalah kata yang menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat.<br />
2.Kata penghubung antar kalimat adalah kata yang menghubungkan kalimat yang satu dengan yang lainnya.<br />
2. Kesatuan Paragraf<br />
Kesatuan adalah tiap paragraf hanya mengandng satu pokok pikiran yang diwujudkan dalam kalimat utama. Kalimat utama yang di letakkan di awal paragraf dinamakan paragraf deduktif. Kalimat utama yang diletakkan diakhir paragraf dinamakan paragraf induktif.<br />
Ciri-ciri kalimat utama yakni,dibuat harus mengandung permasalahan yang berpotensi, diperinci atau di uraikan lebih lanjut.<br />
3. Kelengkapan Paragraf<br />
Paragraf dikatakan lengkap apabila di dalamanya terdapat kalimat-kalimat penjelas secara lengkap untuk menunjuk pokok pikiran atau kalimat utama. Ciri-ciri kalimat penjelas yaitu berisi penjelasan berupa rincian, keterangan, contoh, dan lain-lain<br />
<br />
C.Pengembangan Paragraf<br />
1.Cara Pertentangan<br />
Menggunakan ungkapan-ungkapan seperti berbeda dengan, pertentangan dengan, sedangkan, lain halnya dengan, akan tetapi, dan bertolak belakang dari.<br />
2.Cara Perbandingan<br />
Menggunakan ungkapan seperti serupa dengan, seperti halnya, demikian juga, sama dengan, sejalan dengan, akan tetapi, sedangkan, dan sementara itu.<br />
3.Cara Analogi<br />
Analogi kejadian adalah bentuk pengungkapan suatu objek yang diperjelaskan dengan objek lain yang memiliki kesamaan atau kemiripan. Biasanya, dilakukan dengan bantuan kiasaan yang digunakan yaitu ibaratnya, seperti, dan bagaikan<br />
4.Cara Contoh-contoh<br />
Kata seperti, misalnya contohnya dan lain-lain adalah ungkapan-ungkapan dalam mengembangkan paragraf dengan contoh.<br />
5.Cara Sebab Akibat<br />
Dilakukan jika menerangkan suatu kejadian,baik dari segi penyebab maupun dari segi akibat. Ungkapan yang digunakan yaitu, padalah, akibatnya, oleh karena itu dan karena.<br />
6.Cara Definisi<br />
Adalah, yaitu, ialah, merupakan adalah kata-kata yang digunakan dalam mengembangkan paragraf dengan cara definisi.<br />
7.Cara Klasifikasi<br />
Pengembangan paragraf melalui pengelompokkan berdasarkan ciri-ciri tertentu, ungkapan yang lazim digunakan yaitu dibagi menjadi, digolongkan menjadi, terbagi menjadi, dan mengklasifikasikan.</div>
</div>Uswatun Nisa Utami (Aauria)http://www.blogger.com/profile/09518899551215159332noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8814534882772623628.post-72363305478353538162011-03-26T13:15:00.001+08:002011-03-26T13:30:11.616+08:00Unsur Intrinsik CerpenUnsur-unsur Intrinsik Cerpen<br />
<br />
Oleh : Tujiyono, S. Pd<br />
<br />
Menurut Nurgiyantoro dalam bukunya Pengkajian Prosa Fiksi unsur- unsur intrinsik ialah unsur- unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur- Unsur-unsur intrinsik tersebut antara lain sebagai berikut.<br />
<br />
1. Tema cerita<br />
Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai stuktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan.<br />
Tema disaring dari motif- motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu. Tema dalam banyak hal bersifat ”mengikat” kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa, konflik serta situasi tertentu termasuk berbagai unsur intrinsik yang lain. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka tema pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Tema mempunyai generalisasi yang umum, lebih luas dan abstrak.<br />
<br />
<br />
<div class="fullpost"><br />
<br />
<br />
2. Alur Cerita<br />
Sebuah cerpen menyajikan sebuah cerita kepada pembacanya. Alur cerita ialah peristiwa yang jalin-menjalin berdasar atas urutan atau hubungan tertentu. Sebuah rangkaian peristiwa dapat terjalin berdasar atas urutan waktu, urutan kejadian, atau hubungan sebab-akibat. Jalin-menjalinnya berbagai peristiwa, baik secara linear atau lurus maupun secara kausalitas, sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh, padu, dan bulat dalam suatu prosa fiksi.<br />
Lebih lanjut Stanton mengemukakan bahwa plot ialah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.Plot ialah peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab-akibat.<br />
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa alur cerita ialah jalinan peristiwa yang melatari sebuah prosa fiksi yang dihubungkan secara sebab-akibat.<br />
<br />
3. Penokohan<br />
Dalam pembicaraan sebuah cerita pendek sering dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama. Tokoh cerita ialah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama , yang oleh pembaca ditafsirkan memilki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diespresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Sedangkan penokohan ialah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita<br />
Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh atau perwatakan, sebab penokohan sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menunjuk pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.<br />
<br />
4. Latar<br />
Sebuah cerita pada hakikatnya ialah peristiwa atau kejadian yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu waktu tertentu dan pada tempat tertentu. Menurut Nadjid (2003:25) latar ialah penempatan waktu dan tempat beserta lingkungannya dalam prosa fiksi<br />
Menurut Nurgiyantoro (2004:227—233) unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, antara lain sebagai berikut.<br />
<br />
a. Latar Tempat<br />
Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu serta inisial tertentu.<br />
<br />
<br />
<br />
b. Latar Waktu<br />
Latar waktu berhubungan dengan masalah ” kapan ” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah ”kapan” teersebut biasanya dihubungkan dengan waktu<br />
c. Latar Sosial<br />
Latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks serta dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap. Selain itu latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.<br />
<br />
5. Sudut Pandang<br />
Sudut pandang (point of view) merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Segala sesuatu yang dikemukakan dalam karya fiksi memang milik pengarang, pandangan hidup, dan tafsirannya terhadap kehidupan. Namun kesemuanya itu dalam karya fiksi disalurkan lewat sudut pandang tokoh, lewat kacamata tokoh cerita. Sudut pandang adalah cara memandang tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu.<br />
Ada beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk membedakan sudut pandang. Pertanyaan tersebut antara lain sebagai berikut.<br />
<br />
1. Siapa yang berbicara kepada pembaca (pengarang dalam persona ketiga atau pertama, salah satu pelaku dengan ”aku”, atau seperti tak seorang pun)?<br />
2. Dari posisi mana cerita itu dikisahkan (atas, tepi, pusat, depan atau berganti-ganti)?<br />
3. Saluran informasi apa yang dipergunakan narator untuk menyampaikan ceritanya kepada pembaca (kata-kata, pikirn, atau persepsi pengarang; kata-kata, tindakan, pikiran, perasaan, atau persepsi tokoh)?<br />
4. Sejauh mana narator menempatkan pembaca dari ceritanya (dekat, jauh, atau berganti-ganti)?<br />
Selain itu pembedaan sudut pandang juga dilihat dari bagaimana kehadiran cerita itu kepada pembaca: lebih bersifat penceritaan, telling, atau penunjukan, showing, naratif atau dramatik. Pembedaan sudut pandang yang akan dikemukakan berikut berdasarkan pembedaan yang telah umum dilakukan orang yaitu bentuk persona tokoh cerita: persona ketiga dan persona pertama.<br />
a. Sudut pandang persona ketiga : ”Dia”<br />
Pengisahan cerita yang menpergunakan sudut pandang persona ketiga gaya ”Dia”, narator adalah seorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan sebagai variasi dipergunakan kata ganti. Hal ini akan mempermudah pembaca untuk mengenali siapa tokoh yang diceritakan atau siapa yang bertindak.<br />
Sudut pandang ”dia”dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap bahan ceritanya. Di satu pihak, pengarang, narator dapat bebas menceritakan segala sesuatu yang berhubungan dengan tokoh ”dia”, jadi bersifat mahatahu, di lain pihak ia terikat, mempunyai keterbatasan ”pengertian” terhadap tokoh ”dia” yang diceritakan itu, jadi bersifat terbatas, hanya selaku pengamat saja.<br />
1) ”Dia” mahatahu<br />
Dalam sudut pandang ini, cerita dikisahkan dari sudut ”dia”, namun pengarang, narator dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh ”dia” tersebut. Narator mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu (omniscient). Ia mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak dan menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita, berpindah-pindah dari tokoh ”dia”yang satu ke ”dia” yang lain, menceritakan atau sebaliknya ”menyembunyikan” ucapan dan tindakan tokoh, bahkan juga yang hanya berupa pikiran, perasaan, pandangan, dan motivasi tokoh secara jelas, seperti halnya ucapan dan tindakan nyata.<br />
2) ”Dia” terbatas, ”Dia” sebagai pengamat<br />
Dalam sudut pandang ”dia” terbatas, seperti halnya dalam”dia”mahatahu, pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas hanya pada seorang tokoh saja atau terbatas dalam jumlah yang sangat terbatas. Tokoh cerita mungkin saja cukup banyak, yang juga berupa tokoh ”dia”, namun mereka tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan sosok dirinya seperti halnya tokoh pertama.<br />
<br />
<br />
b. Sudut Pandang Persona Pertama: ”Aku”<br />
Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona pertama (first person point of view), ”aku”. Jadi: gaya ”aku”, narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si ”aku” tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa atau tindakan, yang diketahui,dilihat, didengar,dialami dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Jadi, pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang dilihat dan dirasakan tokoh si ”aku” tersebut.<br />
1) ”Aku” tokoh utama<br />
Dalam sudut pandang teknik ini, si ”aku” mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah, dalam diri sendiri, maupun fisik, hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si ”aku”menjadi fokus pusat kesadaran, pusat cerita. Segala sesuatu yang di luar diri si ”aku”, peristiwa, tindakan, dan orang, diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, di samping memiliki kebebasan untuk memilih masalah-masalah yang akan diceritakan. Dalam cerita yang demikian,si ”aku” menjadi tokoh utama (first person central).<br />
2) ”Aku” tokoh tambahan<br />
Dalam sudut pandang ini, tokoh ”aku” muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan (first pesonal peripheral). Tokoh ”aku” hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian ”dibiarkan” untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi tokoh utama, sebab dialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita tokoh utama habis, si ”aku”tambahan tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah.<br />
Dengan demikian si ”aku” hanya tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya cerita yang ditokohi oleh orang lain. Si ”aku” pada umumnya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita.<br />
<br />
6. Gaya Bahasa dan Nada<br />
Bahasa dalam cerpen memilki peran ganda, bahasa tidak hanya berfungsi sebagai penyampai gagasan pengarang. Namun juga sebagai penyampai perasaannya. Beberapa cara yang ditempuh oleh pengarang dalam memberdayakan bahasa cerpen ialah dengan menggunakan perbandingan, menghidupkan benda mati, melukiskan sesuatu dengan tidak sewajarnya, dan sebagainya. Itulah sebabnya, terkadang dalam karya sastra sering dijumpai kalimat-kalimat khas. Nada pada karya sastra merupakan ekspresi jiwa.<br />
</div>Uswatun Nisa Utami (Aauria)http://www.blogger.com/profile/09518899551215159332noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8814534882772623628.post-78970591950826774882011-03-26T13:10:00.003+08:002011-03-26T14:23:53.698+08:00Penggunaan EYD<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan<br />
<br />
<br />
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan edisi kedua berdasarkan tanggal 9 September 1987, dicermatkan pada Rapat Kerja ke-30 Panitia Kerja Sama Kebahasaan di Tugu, tanggal 16–20 Desember 1990 dan diterima pada Sidang ke-30 Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia di Bandar Seri Begawan, tanggal 4–6 Maret 1991.<br />
<br />
<br />
<br />
<div class="fullpost">
</div>
<br />
<a name='more'></a><br /><br />
A. Huruf Abjad<br />
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf disertakan di sebelahnya.<br />
Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama<br />
A a a J j je S s es<br />
B b be K k ka T t te<br />
C c ce L l el U u u<br />
D d de M m em V v fe<br />
E e e N n en W w we<br />
F f ef O o o X x eks<br />
G g ge P p pe Y y ye<br />
H h ha Q q ki Z z zet<br />
I i i R r er <br />
B. Huruf Vokal<br />
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.<br />
Huruf Vokal Contoh Pemakaian dalam Kata<br />
Di Awal Di Tengah Di Akhir<br />
a api padi lusa<br />
e* enak petak sore<br />
emas kena tipe<br />
i itu simpan murni<br />
o oleh kota radio<br />
u ulang bumi ibu<br />
* Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan keraguan.<br />
Misalnya: <br />
Anak-anak bermain di teras (téras).<br />
Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah.<br />
Kami menonton film seri (séri).<br />
Pertandingan itu berakhir seri.<br />
. Huruf Konsonan<br />
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.<br />
Huruf Konsonan Contoh Pemakaian dalam Kata<br />
Di Awal Di Tengah Di Akhir<br />
b bahasa sebut adab<br />
c cakap kaca –<br />
d dua ada abad<br />
f fakir kafir maaf<br />
g guna tiga balig<br />
h hari saham tuah<br />
j jalan manja mikraj<br />
k kami paksa sesak<br />
– rakyat* bapak*<br />
l lekas alas kesal<br />
m maka kami diam<br />
n nama anak daun<br />
p pasang apa Siap<br />
q** Quran Furqan –<br />
r raih bara Putar<br />
s sampai asli Lemas<br />
t tali mata Rapat<br />
v varia lava –<br />
w wanita hawa –<br />
x** xenon – –<br />
y yakin payung –<br />
z zeni lazim Juz<br />
* Huruf k di sini melambangkan bunyi hamzah.<br />
** Huruf q dan x digunakan khusus untuk nama dan keperluan ilmu.<br />
D. Huruf Diftong<br />
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.<br />
Huruf Diftong Contoh Pemakaian dalam Kata<br />
Di Awal Di Tengah Di Akhir<br />
ai ain syaitan pandai<br />
au aula saudara harimau<br />
oi – boikot amboi<br />
E. Gabungan Huruf Konsonan<br />
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy.<br />
Gabungan<br />
Huruf<br />
Konsonan Contoh Pemakaian dalam Kata<br />
Di Awal Di Tengah Di Akhir<br />
kh khusus akhir tarikh<br />
ng ngilu bangun senang<br />
ny nyata hanyut –<br />
sy syarat isyarat arasy<br />
F. Pemenggalan Kata<br />
1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut:<br />
a. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan kata itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.<br />
Misalnya: ma-in, sa-at, bu-ah<br />
Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.<br />
Misalnya: <br />
au-la bukan a-u-la<br />
sau-da-ra bukan sa-u-da-ra<br />
am-boi bukan am-bo-i<br />
<br />
b. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.<br />
Misalnya: <br />
ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir<br />
c. Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan.<br />
Misalnya: <br />
man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok, Ap-ril, bang-sa, makh-luk<br />
d. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.<br />
Misalnya: <br />
in-strumen, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trik, ikh-las<br />
2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.<br />
Misalnya: <br />
makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah<br />
Catatan: <br />
a. Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.<br />
b. Akhiran -i tidak dipenggal.<br />
(Lihat keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 1.)<br />
c. Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut.<br />
Misalnya: te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi<br />
<br />
3. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan kata dapat dilakukan <br />
(1) di antara unsur-unsur itu atau<br />
(2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d di atas.<br />
Misalnya: <br />
bio-grafi, bi-o-gra-fi<br />
foto-grafi, fo-to-gra-fi<br />
intro-speksi, in-tro-spek-si<br />
kilo-gram, ki-lo-gram<br />
kilo-meter, ki-lo-me-ter<br />
pasca-panen, pas-ca-pa-nen<br />
<br />
Keterangan:<br />
Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan kecuali jika ada pertimbangan khusus.<br />
II. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring<br />
A. Huruf Kapital atau Huruf Besar<br />
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.<br />
Misalnya: <br />
Dia mengantuk.<br />
Apa maksudnya?<br />
Kita harus bekerja keras.<br />
Pekerjaan itu belum selesai.<br />
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.<br />
Misalnya: <br />
Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"<br />
Bapak menasihatkan, "Berhati-hatilah, Nak!"<br />
"Kemarin engkau terlambat," katanya.<br />
"Besok pagi," kata Ibu, "Dia akan berangkat".<br />
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.<br />
Misalnya: <br />
Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen<br />
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.<br />
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.<br />
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.<br />
Misalnya: <br />
Mahaputra Yamin<br />
Sultan Hasanuddin<br />
Haji Agus Salim<br />
Imam Syafii<br />
Nabi Ibrahim<br />
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar, kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.<br />
Misalnya: <br />
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.<br />
Tahun ini ia pergi naik haji.<br />
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.<br />
Misalnya: <br />
Wakil Presiden Adam Malik<br />
Perdana Menteri Nehru<br />
Profesor Supomo<br />
Laksamana Muda Udara Husen Sastranegara<br />
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian<br />
Gubernur Irian Jaya<br />
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.<br />
Misalnya: <br />
Siapa gubernur yang baru dilantik itu?<br />
Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.<br />
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.<br />
Misalnya: <br />
Amir Hamzah<br />
Dewi Sartika<br />
Wage Rudolf Supratman<br />
Halim Perdanakusumah<br />
Ampere<br />
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama sejenis atau satuan ukuran.<br />
Misalnya: <br />
mesin diesel<br />
10 volt<br />
5 ampere<br />
7. Huruf kapital sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.<br />
Misalnya: <br />
bangsa Indonesia<br />
suku Sunda<br />
bahasa Inggris<br />
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.<br />
Misalnya: <br />
mengindonesiakan kata asing<br />
keinggris-inggrisan<br />
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.<br />
Misalnya: <br />
bulan Agustus hari Natal<br />
bulan Maulid Perang Candu<br />
hari Galungan tahun Hijriah<br />
hari Jumat tarikh Masehi<br />
hari Lebaran<br />
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia<br />
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.<br />
Misalnya: <br />
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.<br />
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.<br />
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.<br />
Misalnya: <br />
Asia Tenggara Kali Brantas<br />
Banyuwangi Lembah Baliem<br />
Bukit Barisan Ngarai Sianok<br />
Cirebon Pegunungan Jayawijaya<br />
Danau Toba Selat Lombok<br />
Daratan Tinggi Dieng Tanjung Harapan<br />
Gunung Semeru Teluk Benggala<br />
Jalan Diponegoro Terusan Suez<br />
Jazirah Arab <br />
<br />
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.<br />
Misalnya: <br />
berlayar ke teluk<br />
mandi di kali<br />
menyeberangi selat<br />
pergi ke arah tenggara<br />
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.<br />
Misalnya: <br />
garam inggris<br />
gula jawa<br />
kacang bogor<br />
pisang ambon<br />
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.<br />
Misalnya: <br />
Republik Indonesia<br />
Majelis Permusyawaratan Rakyat<br />
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan<br />
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak<br />
Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972<br />
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.<br />
Misalnya: <br />
menjadi sebuah republik<br />
beberapa badan hukum<br />
kerja sama antara pemerintah dan rakyat<br />
menurut undang-undang yang berlaku<br />
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.<br />
Misalnya: <br />
Perserikatan Bangsa-Bangsa<br />
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial<br />
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia<br />
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian<br />
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.<br />
Misalnya: <br />
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.<br />
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.<br />
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.<br />
Ia menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata".<br />
14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.<br />
Misalnya: <br />
Dr. doktor<br />
M.A. master of arts<br />
S.H. sarjana hukum<br />
S.S. sarjana sastra<br />
Prof. profesor<br />
Tn. tuan<br />
Ny. nyonya<br />
Sdr. saudara<br />
<br />
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.<br />
Misalnya: <br />
"Kapan Bapak berangkat?" tanya Harto.<br />
Adik bertanya, "Itu apa, Bu?"<br />
Surat Saudara sudah saya terima.<br />
"Silakan duduk, Dik!" kata Ucok.<br />
Besok Paman akan datang.<br />
Mereka pergi ke rumah Pak Camat.<br />
Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.<br />
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.<br />
Misalnya: <br />
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.<br />
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.<br />
16. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.<br />
Misalnya: <br />
Sudahkah Anda tahu?<br />
Surat Anda telah kami terima.<br />
B. Huruf Miring<br />
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menulis nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.<br />
Misalnya: <br />
majalah Bahasa dan Kesusastraan<br />
buku Negarakertagama karangan Prapanca<br />
surat kabar Suara Karya<br />
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.<br />
Misalnya: <br />
Huruf pertama kata abad ialah a.<br />
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.<br />
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.<br />
Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.<br />
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.<br />
Misalnya: <br />
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.<br />
Politik divide et impera pernah merajalela di negeri ini.<br />
Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi 'pandangan dunia'.<br />
Tetapi: <br />
Negara itu telah mengalami empat kudeta.<br />
Catatan: <br />
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis di bawahnya.<br />
III. Penulisan Kata<br />
A. Kata Dasar<br />
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.<br />
Misalnya: <br />
Ibu percaya bahwa engkau tahu.<br />
Kantor pajak penuh sesak.<br />
Buku itu sangat tebal.<br />
B. Kata Turunan<br />
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.<br />
Misalnya: <br />
• bergeletar<br />
• dikelola<br />
• penetapan<br />
• menengok<br />
• mempermainkan<br />
2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.<br />
(Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)<br />
Misalnya: <br />
• bertepuk tangan<br />
• garis bawahi<br />
• menganak sungai<br />
• sebar luaskan<br />
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.<br />
(Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)<br />
Misalnya: <br />
• menggarisbawahi<br />
• menyebarluaskan<br />
• dilipatgandakan<br />
• penghancurleburan<br />
4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.<br />
Misalnya: <br />
adipati mahasiswa<br />
aerodinamika mancanegara<br />
antarkota multilateral<br />
anumerta narapidana<br />
audiogram nonkolaborasi<br />
awahama Pancasila<br />
bikarbonat panteisme<br />
biokimia paripurna<br />
caturtunggal poligami<br />
dasawarsa pramuniaga<br />
dekameter prasangka<br />
demoralisasi purnawirawan<br />
dwiwarna reinkarnasi<br />
ekawarna saptakrida<br />
ekstrakurikuler semiprofesional<br />
elektroteknik subseksi<br />
infrastruktur swadaya<br />
inkonvensional telepon<br />
introspeksi transmigrasi<br />
kolonialisme tritunggal<br />
kosponsor ultramodern<br />
<br />
Catatan:<br />
(1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).<br />
Misalnya: <br />
• non-Indonesia<br />
• pan-Afrikanisme<br />
(2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.<br />
Misalnya: <br />
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.<br />
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.<br />
C. Kata Ulang<br />
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.<br />
Misalnya: <br />
anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati, undang-undang, biri-biri, kupu-kupu, kura-kura, laba-laba, sia-sia, gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk, mondar-mandir, ramah-tamah, sayur-mayur, centang-perenang, porak-poranda, tunggang-langgang, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, menulis-nulis, terus-menerus, tukar-menukar, hulubalang-hulubalang, bumiputra-bumiputra<br />
D. Gabungan Kata<br />
1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.<br />
Misalnya: <br />
duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja tulis, model linear, orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum, simpang empat.<br />
2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.<br />
Misalnya: <br />
alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami, watt-jam, orang-tua muda<br />
3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai.<br />
Misalnya: <br />
acapkali, adakalanya, akhirulkalam, alhamdulillah, astagfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana, bismillah, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, darmasiswa, dukacita, halalbihalal, hulubalang, kacamata, kasatmata, kepada, keratabasa, kilometer, manakala, manasuka, mangkubumi, matahari, olahraga, padahal, paramasastra, peribahasa, puspawarna, radioaktif, sastramarga, saputangan, saripati, sebagaimana, sediakala, segitiga, sekalipun, silaturahmi, sukacita, sukarela, sukaria, syahbandar, titimangsa, wasalam<br />
E. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya<br />
Kata ganti ku ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.<br />
Misalnya: <br />
Apa yang kumiliki boleh kauambil.<br />
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.<br />
F. Kata Depan di, ke, dan dari<br />
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.<br />
(Lihat juga Bab III, Pasal D, Ayat 3.)<br />
Misalnya: <br />
Kain itu terletak di dalam lemari.<br />
Bermalam sajalah di sini.<br />
Di mana Siti sekarang?<br />
Mereka ada di rumah.<br />
Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.<br />
Ke mana saja ia selama ini?<br />
Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.<br />
Mari kita berangkat ke pasar.<br />
Saya pergi ke sana-sini mencarinya.<br />
Ia datang dari Surabaya kemarin.<br />
Catatan: <br />
Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.<br />
Si Amin lebih tua daripada si Ahmad.<br />
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.<br />
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.<br />
Ia masuk, lalu keluar lagi.<br />
Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.<br />
Bawa kemari gambar itu.<br />
Kemarikan buku itu.<br />
Semua orang terkemuka di desa itu hadir dalam kenduri itu.<br />
G. Kata si dan sang<br />
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. <br />
Misalnya:<br />
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.<br />
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.<br />
H. Partikel<br />
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.<br />
Misalnya: <br />
Bacalah buku itu baik-baik.<br />
Jakarta adalah ibu kota Republik Indonesia.<br />
Apakah yang tersirat dalam surat itu?<br />
Siapakah gerangan dia?<br />
Apatah gunanya bersedih hati?<br />
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.<br />
Misalnya: <br />
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.<br />
Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan.<br />
Jangan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.<br />
Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi.<br />
Catatan: <br />
Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun ditulis serangkai.<br />
Misalnya: <br />
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.<br />
Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.<br />
Baik para mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi.<br />
Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan.<br />
Walaupun miskin, ia selalu gembira.<br />
3. Partikel per yang berarti 'mulai', 'demi', dan 'tiap' ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.<br />
Misalnya: <br />
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.<br />
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.<br />
Harga kain itu Rp2.000 per helai.<br />
I. Singkatan dan Akronim<br />
1. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.<br />
a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.<br />
Misalnya: <br />
<br />
A.S. Kramawijaya <br />
Muh. Yamin <br />
Suman Hs. <br />
Sukanto S.A. <br />
M.B.A. master of business administration<br />
M.Sc. master of science<br />
S.E. sarjana ekonomi<br />
S.Kar. sarjana karawitan<br />
S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat<br />
Bpk. bapak<br />
Sdr. saudara<br />
Kol. kolonel<br />
<br />
b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.<br />
Misalnya: <br />
<br />
DPR Dewan Perwakilan Rakyat<br />
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia<br />
GBHN Garis-Garis Besar Haluan Negara<br />
SMTP Sekolah Menengah Tingkat Pertama<br />
PT Perseroan Terbatas<br />
KTP Kartu Tanda Penduduk<br />
<br />
c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.<br />
Misalnya: <br />
<br />
dll. dan lain-lain<br />
dsb. dan sebagainya<br />
dst. dan seterusnya<br />
hlm. halaman<br />
sda. sama dengan atas<br />
Yth. (Sdr. Moh. Hasan) Yang terhormat (Sdr. Moh. Hasan)<br />
<br />
Tetapi: <br />
a.n. atas nama<br />
d.a. dengan alamat<br />
u.b. untuk beliau<br />
u.p. untuk perhatian<br />
s.d. sampai dengan<br />
<br />
d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.<br />
Misalnya: <br />
<br />
Cu kuprum<br />
TNT trinitrotoluen<br />
cm sentimeter<br />
kVA kilovolt-ampere<br />
l liter<br />
kg kilogram<br />
Rp (5.000,00) (lima ribu) rupiah<br />
<br />
<br />
2. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.<br />
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.<br />
Misalnya: <br />
<br />
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia<br />
LAN Lembaga Administrasi Negara<br />
PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia<br />
IKIP Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan<br />
SIM Surat Izin Mengemudi<br />
<br />
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.<br />
Misalnya: <br />
<br />
Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia<br />
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional<br />
Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia<br />
Kowani Kongres Wanita Indonesia<br />
Sespa Sekolah Staf Pimpinan Administrasi<br />
<br />
c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil<br />
Misalnya: <br />
<br />
pemilu pemilihan umum<br />
radar radio detecting and ranging<br />
rapim rapat pimpinan<br />
rudal peluru kendali<br />
tilang bukti pelanggaran<br />
<br />
<br />
Catatan: <br />
Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut: <br />
1. Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazin pada kata Indonesia<br />
2. Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.<br />
J. Angka dan Lambang Bilangan<br />
1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.<br />
Angka Arab : ٠,١,٢,٣,٤,٥,٦,٧,٨,٩<br />
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000)<br />
Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.<br />
2. Angka digunakan untuk menyatakan: <br />
(i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas<br />
Misalnya: <br />
0,5 sentimeter<br />
5 kilogram<br />
4 meter persegi<br />
10 liter 1 jam 20 menit<br />
pukul 15.00<br />
tahun 1928<br />
17 Agustus 1945 Rp5.000,00<br />
US$3.50*<br />
$5.10*<br />
¥100<br />
2.000 rupiah 50 dolar Amerika<br />
10 paun Inggris<br />
100 yen<br />
10 persen<br />
27 orang<br />
* tanda titik di sini merupakan tanda desimal.<br />
3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.<br />
Misalnya: <br />
• Jalan Tanah Abang I No. 15<br />
• Hotel Indonesia, Kamar 169<br />
4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.<br />
Misalnya: <br />
• Bab X, Pasal 5, halaman 252<br />
• Surah Yasin: 9<br />
5. Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut:<br />
a. Bilangan utuh<br />
Misalnya: <br />
dua belas<br />
dua puluh dua<br />
dua ratus dua puluh dua 12<br />
22<br />
222<br />
<br />
b. Bilangan pecahan<br />
Misalnya: <br />
setengah<br />
tiga perempat<br />
seperenam belas<br />
tiga dua pertiga<br />
seperseratus<br />
satu persen<br />
satu dua persepuluh 1/2<br />
3/4<br />
1/16<br />
3 2/3<br />
1/100<br />
1%<br />
1,2<br />
<br />
6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.<br />
Misalnya: <br />
• Paku Buwono X<br />
• pada awal abad XX<br />
• dalam kehidupan pada abad ke-20 ini<br />
• lihat Bab II, Pasal 5<br />
• dalam bab ke-2 buku itu • di daerah tingkat II itu<br />
• di tingkat kedua gedung itu<br />
• di tingkat ke-2 itu<br />
• kantornya di tingkat II itu<br />
<br />
7. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti<br />
Misalnya: <br />
tahun '50-an<br />
uang 5000-an<br />
lima uang 1000-an (tahun lima puluhan)<br />
(uang lima ribuan)<br />
(lima uang seribuan)<br />
<br />
8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, sperti dalam perincian dan pemaparan.<br />
Misalnya: <br />
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.<br />
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.<br />
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang memberikan suara blangko.<br />
Kendaraan yang ditempah untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 helicak, 100 bemo.<br />
9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.<br />
Misalnya: <br />
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.<br />
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.<br />
Bukan: <br />
15 orang tewas dalam kecelakaan itu.<br />
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.<br />
10. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.<br />
Misalnya: <br />
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.<br />
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.<br />
11. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.<br />
Misalnya: <br />
Kantor kami mempunya dua puluh orang pegawai.<br />
DI lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.<br />
Bukan: <br />
Kantor kamu mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.<br />
Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.<br />
12. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.<br />
Misalnya: <br />
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).<br />
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.<br />
<br />
IV. Penulisan Huruf Serapan<br />
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris.<br />
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar.<br />
1. Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti: reshuffle, shuttle cock, I'exploitation de l'homme par I'homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.<br />
2. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.<br />
Kaidah ejaan<br />
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu sebagai berikut.<br />
<br />
aa (Belanda) menjadi a<br />
paal<br />
baal<br />
octaaf pal<br />
bal<br />
oktaf<br />
ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e<br />
aerobe<br />
aerodinamics aerob<br />
aerodinamika<br />
ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e<br />
haemoglobin<br />
haematite hemoglobin<br />
hematit<br />
ai tetap ai<br />
trailer<br />
caisson trailer<br />
kaison<br />
au tetap au<br />
audiogram<br />
autotroph<br />
tautomer<br />
hydraulic<br />
caustic audiogram<br />
autotrof<br />
tautomer<br />
hidraulik<br />
kaustik<br />
c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k<br />
calomel<br />
construction<br />
cubic<br />
coup<br />
classification<br />
crystal kalomel<br />
konstruksi<br />
kubik<br />
kup<br />
klasifikasi<br />
kristal<br />
c di muka e, i, oe, dan y menjadi s<br />
central<br />
cent<br />
cybernetics<br />
circulation<br />
cylinder<br />
coelom sentral<br />
sen<br />
sibernetika<br />
sirkulasi<br />
silinder<br />
selom<br />
cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k<br />
accomodation<br />
acculturation<br />
acclimatization<br />
accumulation<br />
acclamation akomodasi<br />
akulturasi<br />
aklimatisasi<br />
akumulasi<br />
aklamasi<br />
cc di muka e dan i menjadi ks<br />
accent<br />
accessory<br />
vaccine aksen<br />
aksesori<br />
vaksin<br />
cch dan ch di muka a, o, dan konsonan menjadi k<br />
saccharin<br />
charisma<br />
cholera<br />
chromosome<br />
technique sakarin<br />
karisma<br />
kolera<br />
kromosom<br />
teknik<br />
ch yang lafalnya s atau sy menjadi s<br />
echelon<br />
machine eselon<br />
mesin<br />
ch yang lafalnya c menjadi c<br />
check<br />
China cek<br />
Cina<br />
ç (Sanskerta) menjadi s<br />
çabda<br />
çastra sabda<br />
sastra<br />
e tetap e<br />
effect<br />
description<br />
synthesis efek<br />
deskripsi<br />
sintesis<br />
ea tetap ea<br />
idealist<br />
habeas idealis<br />
habeas<br />
ee (Belanda) menjadi e<br />
stratosfeer<br />
systeem stratosfer<br />
sistem<br />
ei tetap ei<br />
eicosane<br />
eidetic<br />
einsteinium eikosan<br />
eidetik<br />
einsteinium<br />
eo tetap eo<br />
stereo<br />
geometry<br />
zeolite stereo<br />
geometri<br />
zeolit<br />
eu tetap eu<br />
neutron<br />
eugenol<br />
europium neutron<br />
eugenol<br />
europium<br />
f tetap f<br />
fanatic<br />
factor<br />
fossil fanatik<br />
faktor<br />
fosil<br />
gh menjadi g<br />
sorghum sorgum<br />
gue menjadi ge<br />
igue<br />
gigue ige<br />
gige<br />
i pada awal suku kata di muka vokal tetap i<br />
iambus<br />
ion<br />
iota iambus<br />
ion<br />
iota<br />
ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i<br />
politiek<br />
riem politik<br />
rim<br />
ie tetap ie jika lafalnya bukan i<br />
variety<br />
patient<br />
efficient varietas<br />
pasien<br />
efisien<br />
kh (Arab) tetap kh<br />
khusus<br />
akhir khusus<br />
akhir<br />
ng tetap ng<br />
contingent<br />
congress<br />
linguistics kontingen<br />
kongres<br />
linguistik<br />
oe (oi Yunani) menjadi e<br />
oestrogen<br />
oenology<br />
foetus estrogen<br />
enologi<br />
fetus<br />
oo (Belanda) menjadi o<br />
cartoon<br />
proof<br />
pool kartun<br />
pruf<br />
pul<br />
oo (vokal ganda) tetap oo<br />
zoology<br />
coordination zoologi<br />
koordinasi<br />
ou menjadi u jika lafalnya u<br />
gouverneur<br />
coupon<br />
contour gubernur<br />
kupon<br />
kontur<br />
ph menjadi f<br />
phase<br />
physiology<br />
spectograph fase<br />
fisiologi<br />
spektograf<br />
ps tetap ps<br />
pseudo<br />
psychiatry<br />
psychosomatic pseudo<br />
psikiatri<br />
psikosomatik<br />
pt tetap pt<br />
pterosaur<br />
pteridology<br />
ptyalin pterosaur<br />
pteridologi<br />
ptialin<br />
q menjadi k<br />
aquarium<br />
frequency<br />
equator akuarium<br />
frekuensi<br />
ekuator<br />
rh menjadi r<br />
rhapsody<br />
rhombus<br />
rhythm<br />
rhetoric rapsodi<br />
rombus<br />
ritme<br />
retorika<br />
sc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi sk<br />
scandium<br />
scotapia<br />
scutella<br />
sclerosis<br />
scriptie skandium<br />
skotapia<br />
skutela<br />
sklerosis<br />
skripsi<br />
sc di muka e, i, dan y menjadi s<br />
scenography<br />
scintillation<br />
scyphistoma senografi<br />
sintilasi<br />
sifistoma<br />
sch di muka vokal menjadi sk<br />
schema<br />
schizophrenia<br />
scholasticism skema<br />
skizofrenia<br />
skolastisisme<br />
t di muka i menjadi s jika lafalnya s<br />
ratio<br />
action<br />
patient rasio<br />
aksi<br />
pasien<br />
th menjadi t<br />
theocracy<br />
orthography<br />
thiopental<br />
thrombosis<br />
methode teokrasi<br />
ortografi<br />
tiopental<br />
trombosis<br />
metode<br />
u tetap u<br />
unit<br />
nucleolus<br />
structure<br />
institute unit<br />
nukleolus<br />
struktur<br />
institut<br />
ua tetap ua<br />
dualisme<br />
aquarium dualisme<br />
akuarium<br />
ue tetap ue<br />
suede<br />
duet sued<br />
duet<br />
ui tetap ui<br />
equinox<br />
conduite ekuinoks<br />
konduite<br />
uo tetap uo<br />
fluorescein<br />
quorum<br />
quota fluoresein<br />
kuorum<br />
kuota<br />
uu menjadi u<br />
prematuur<br />
vacuum prematur<br />
vakum<br />
v tetap v<br />
vitamin<br />
television<br />
cavalry vitamin<br />
televisi<br />
kavaleri<br />
x pada awal kata tetap x<br />
xanthate<br />
xenon<br />
xylophone xantat<br />
xenon<br />
xilofon<br />
x pada posisi lain menjadi ks<br />
executive<br />
taxi<br />
exudation<br />
latex eksekutif<br />
taksi<br />
eksudasi<br />
lateks<br />
xc di muka e dan i menjadi ks<br />
exception<br />
excess<br />
excision<br />
excitation eksepsi<br />
ekses<br />
eksisi<br />
eksitasi<br />
xc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk<br />
excavation<br />
excommunication<br />
excursive<br />
exclusive ekskavasi<br />
ekskomunikasi<br />
ekskursif<br />
eksklusif<br />
y tetap y jika lafalnya y<br />
yakitori<br />
yangonin<br />
yen<br />
yuan yakitori<br />
yangonin<br />
yen<br />
yuan<br />
y menjadi i jika lafalnya i<br />
yttrium<br />
dynamo<br />
propyl<br />
psychology itrium<br />
dinamo<br />
propil<br />
psikologi<br />
z tetap z<br />
zenith<br />
zirconium<br />
zodiac<br />
zygote zenith<br />
zirkonium<br />
zodiak<br />
zigot<br />
Konsonan ganda<br />
Konsonan ganda menjadi konsonan tunggal kecuali kalau dapat membingungkan.<br />
Misalnya:<br />
gabbro<br />
accu<br />
effect<br />
commision<br />
ferrum<br />
solfeggio gabro<br />
aki<br />
efek<br />
komisi<br />
ferum<br />
solfegio<br />
tetapi:<br />
mass massa<br />
Catatan<br />
1. Unsur pungutan yang sudah lazim dieja secara Indonesia tidak perlu lagi diubah <br />
Misalnya: kabar, sirsak, iklan, perlu, bengkel, hadir.<br />
2. Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai bagian abjad bahasa Indonesia, kedua huruf itu diindonesiakan menurut kaidah yang terurai di atas. Kedua huruf itu digunakan dalam penggunaan tertentu saja seperti dalam pembedaan nama dan istilah khusus.<br />
Akhiran asing<br />
Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, berikut ini didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh.<br />
Kata seperti standardisasi, efektif, dan implementasi diserap secara utuh di samping kata standar, efek, dan implemen.<br />
<br />
-aat (Belanda) menjadi -at<br />
advokaat advokat<br />
-age menjadi -ase<br />
percentage<br />
etalage persentase<br />
etalase<br />
-al, -eel (Belanda) menjadi -al<br />
structural, structureel<br />
formal, formeel<br />
normal, normaal struktural<br />
formal<br />
normal<br />
-ant menjadi -an<br />
accountant<br />
informant akuntan<br />
informan<br />
-ary, -air (Belanda) menjadi -er<br />
complementary, complementair<br />
primary, primair<br />
secondary, secundair komplementer<br />
primer<br />
sekunder<br />
-(a)tion, -(a)tie (Belanda) menjadi -asi, -si<br />
action, actie<br />
publication, publicatie aksi<br />
publikasi<br />
-eel (Belanda) menjadi -el<br />
ideëel<br />
materieel<br />
moreel ideel<br />
materiel<br />
morel<br />
-ein tetap -ein<br />
casein<br />
protein kasein<br />
protein<br />
-ic, -ics, -ique, -iek, -ica (Belanda) menjadi -ik, -ika<br />
logic, logica<br />
phonetics, phonetiek<br />
physics, physica<br />
dialectics, dialektica<br />
technique, techniek logika<br />
fonetik<br />
fisika<br />
dialektika<br />
teknik<br />
-ic, -isch (adjektiva Belanda) menjadi -ik<br />
electronic, electronisch<br />
mechanic, mechanisch<br />
ballistic, ballistisch elektronik<br />
mekanik<br />
balistik<br />
-ical, -isch (Belanda) menjadi -is<br />
economical, economisch<br />
practical, practisch<br />
logical, logisch ekonomis<br />
praktis<br />
logis<br />
-ile, iel menjadi -il<br />
percentile, percentiel<br />
mobile, mobiel <br />
-ism, -isme (Belanda) menjadi -isme<br />
modernism, modernisme<br />
communism, communisme modernisme<br />
komunisme<br />
-ist menjadi -is<br />
publicist<br />
egoist publisis<br />
egois<br />
-ive, -ief (Belanda) menjadi -if<br />
descriptive, descriptief<br />
demonstrative, demonstratief deskriptif<br />
demonstratif<br />
-logue menjadi -log<br />
catalogue<br />
dialogue katalog<br />
dialog<br />
-logy, -logie (Belanda) menjadi -logi<br />
technology, technologie<br />
physiology, physiologie<br />
analogy, analogie teknologi<br />
fisiologi<br />
analogi<br />
-loog (Belanda) menjadi -log<br />
analoog<br />
epiloog analog<br />
epilog<br />
-oid, -oide (Belanda) menjadi -oid<br />
hominoid, hominoide<br />
anthropoid, anthropoide hominoid<br />
anthropoid<br />
-oir(e) menjadi -oar<br />
trottoir<br />
repertoire trotoar<br />
repertoar<br />
-or, -eur (Belanda) menjadi -ur, -ir<br />
director, directeur<br />
inspector, inspecteur<br />
amateur<br />
formateur direktur<br />
inspektur<br />
amatir<br />
formatur<br />
-or tetap -or<br />
dictator<br />
corrector diktator<br />
korektor<br />
-ty, -teit (Belanda) menjadi -tas<br />
university, universiteit<br />
quality, qualiteit universitas<br />
kualitas<br />
-ure, -uur (Belanda) menjadi -ur<br />
structure, struktuur<br />
premature, prematuur struktur<br />
prematur<br />
V. Pemakaian Tanda Baca<br />
A. Tanda Titik (.)<br />
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.<br />
Misalnya: <br />
• Ayahku tinggal di Solo.<br />
• Biarlah mereka duduk di sana.<br />
• Dia menanyakan siapa yang akan datang.<br />
• Hari ini tanggal 6 April 1973.<br />
• Marilah kita mengheningkan cipta.<br />
• Sudilah kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini.<br />
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.<br />
Misalnya: <br />
a. III. Departemen Dalam Negri<br />
A. Direktorat Jendral Pembangunan Masyarakat Desa<br />
B. Direktorat Jendral Agraria <br />
1.<br />
b. 1. Patokan Umum<br />
1.1 Isi Karangan<br />
1.2 Ilustrasi<br />
1.2.1 Gambar Tangan<br />
1.2.2 Tabel<br />
1.2.3 Grafik<br />
<br />
Catatan: <br />
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.<br />
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.<br />
Misalnya: <br />
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)<br />
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.<br />
Misalnya: <br />
1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)<br />
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)<br />
0.0.30 jam (30 detik)<br />
5. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.<br />
Misalnya: <br />
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.<br />
6a. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.<br />
Misalnya: <br />
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.<br />
Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.<br />
6b. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.<br />
Misalnya: <br />
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.<br />
Lihat halaman 2345 dan seterusnya.<br />
Nomor gironya 5645678.<br />
7. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.<br />
Misalnya: <br />
Acara Kunjungan Adam Malik<br />
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD'45)<br />
Salah Asuhan<br />
8. Tanda titik tidak dipakai di belakang <br />
(1) alamat pengirim dan tanggal surat atau<br />
(2) nama dan alamat penerima surat.<br />
Misalnya: <br />
Jalan Diponegoro 82<br />
Jakarta (tanpa titik)<br />
1 April 1985 (tanpa titik)<br />
Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)<br />
Jalan Arif 43 (tanpa titik)<br />
Palembang (tanpa titik)<br />
Atau:<br />
Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)<br />
Jalan Cikini 71 (tanpa titik)<br />
Jakarta (tanpa titik)<br />
<br />
B. Tanda Koma (,)<br />
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.<br />
Misalnya: <br />
• Saya membeli kertas, pena, dan tinta.<br />
• Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.<br />
• Satu, dua, ... tiga!<br />
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.<br />
Misalnya: <br />
• Saya ingin datang, tetapi hari hujan.<br />
• Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.<br />
3a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.<br />
Misalnya: <br />
• Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.<br />
• Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.<br />
3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.<br />
Misalnya: <br />
• Saya tidak akan datang kalau hari hujan.<br />
• Dia lupa akan janjinya karena sibuk.<br />
• Dia tahu bahwa soal itu penting.<br />
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.<br />
Misalnya: <br />
• ... Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.<br />
• ... Jadi, soalnya tidak semudah itu.<br />
5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.<br />
Misalnya: <br />
• O, begitu?<br />
• Wah, bukan main!<br />
• Hati-hati, ya, nanti jatuh.<br />
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.<br />
(Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L dan M.)<br />
Misalnya: <br />
• Kata Ibu, "Saya gembira sekali."<br />
• "Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena kamu lulus."<br />
7. Tanda koma dipakai di antara <br />
(i) nama dan alamat,<br />
(ii) bagian-bagian alamat,<br />
(iii) tempat dan tanggal, dan<br />
(iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.<br />
Misalnya: <br />
• Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.<br />
• Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor<br />
• Surabaya, 10 mei 1960<br />
• Kuala Lumpur, Malaysia<br />
8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.<br />
Misalnya: <br />
Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949 Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.<br />
9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.<br />
Misalnya: <br />
W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.<br />
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.<br />
Misalnya: <br />
B. Ratulangi, S.E.<br />
Ny. Khadijah, M.A.<br />
11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.<br />
Misalnya: <br />
12,5 m<br />
Rp12,50<br />
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.<br />
(Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab V, Pasal F.)<br />
Misalnya <br />
• Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.<br />
• Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih.<br />
• Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti latihan paduan suara.<br />
Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma: <br />
Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.<br />
13. Tanda koma dapat dipakai—untuk menghindari salah baca—di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.<br />
Misalnya: <br />
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.<br />
Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih.<br />
Bandingkan dengan: <br />
Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.<br />
Karyadi mengucapkan terima kasih atas bantuan Agus.<br />
14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.<br />
Misalnya: <br />
"Di mana Saudara tinggal?" tanya Karim.<br />
"Berdiri lurus-lurus!" perintahnya.<br />
C. Tanda Titik Koma (;)<br />
1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.<br />
Misalnya: <br />
Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.<br />
2. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.<br />
Misalnya: <br />
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran "Pilihan Pendengar".<br />
D. Tanda Titik Dua (:)<br />
1a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.<br />
Misalnya: <br />
• Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.<br />
• Hanya ada dua pilihan bagi pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.<br />
1b. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan<br />
Misalnya: <br />
• Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.<br />
• Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.<br />
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.<br />
Misalnya: <br />
a. Ketua<br />
Sekretaris<br />
Bendahara :<br />
:<br />
: Ahmad Wijaya<br />
S. Handayani<br />
B. Hartawan<br />
b. Tempat Sidang<br />
Pengantar Acara<br />
Hari<br />
Waktu :<br />
:<br />
:<br />
: Ruang 104<br />
Bambang S.<br />
Senin<br />
09.30<br />
<br />
3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.<br />
Misalnya:<br />
Ibu : (meletakkan beberapa kopor) "Bawa kopor ini, Mir!"<br />
Amir : "Baik, Bu." (mengangkat kopor dan masuk)<br />
Ibu : "Jangan lupa. Letakkan baik-baik!" (duduk di kursi besar)<br />
<br />
4. Tanda titik dua dipakai: <br />
(i) di antara jilid atau nomor dan halaman,<br />
(ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci,<br />
(iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta<br />
(iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.<br />
Misalnya: <br />
Tempo, I (1971), 34:7<br />
Surah Yasin:9<br />
Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.<br />
Tjokronegoro, Sutomo, Tjukupkah Saudara membina Bahasa Persatuan Kita?, Djakarta: Eresco, 1968.<br />
E. Tanda Hubung (–)<br />
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh penggantian baris.<br />
Misalnya: <br />
Di samping cara-cara lama itu ada ju-<br />
ga cara yang baru.<br />
Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris.<br />
Misalnya: <br />
Beberapa pendapat mengenai masalah itu<br />
telah disampaikan ....<br />
Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau<br />
beranjak ....<br />
atau<br />
Beberapa pendapat mengenai masalah<br />
itu telah disampaikan ....<br />
Walaupun sakit, mereka tetap tidak<br />
mau beranjak ....<br />
bukan<br />
Beberapa pendapat mengenai masalah i-<br />
tu telah disampaikan ....<br />
Walaupun sakit, mereka tetap tidak ma-<br />
u beranjak ....<br />
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.<br />
Misalnya: <br />
Kini ada cara yang baru untuk meng-<br />
ukur panas.<br />
Kukuran baru ini memudahkan kita me-<br />
ngukur kelapa.<br />
Senjata ini merupakan alat pertahan-<br />
an yang canggih.<br />
Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.<br />
3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.<br />
Misalnya: <br />
anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan.<br />
Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.<br />
4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.<br />
Misalnya: <br />
p-a-n-i-t-i-a<br />
8-4-1973<br />
5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas <br />
(i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.<br />
Misalnya: <br />
• ber-evolusi<br />
• dua puluh lima-ribuan (20 x 5000)<br />
• tanggung jawab-dan kesetiakawanan-sosial<br />
Bandingkan dengan: <br />
• be-revolusi<br />
• dua-puluh-lima-ribuan (1 x 25000)<br />
• tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial<br />
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan <br />
(i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital,<br />
(ii) ke- dengan angka,<br />
(iii) angka dengan -an,<br />
(iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan<br />
(v) nama jabatan rangkap<br />
Misalnya <br />
se-Indonesia, se-Jawa Barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X, Menteri-Sekretaris Negara<br />
7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.<br />
Misalnya: <br />
di-smash, pen-tackle-an<br />
F. Tanda Pisah (—)<br />
1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.<br />
Misalnya: <br />
Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.<br />
2. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.<br />
Misalnya: <br />
Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah persepsi kita tentang alam semesta.<br />
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti 'sampai ke' atau 'sampai dengan'.<br />
Misalnya: <br />
1910—1945<br />
tanggal 5—10 April 1970<br />
Jakarta—Bandung<br />
Catatan: <br />
Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.<br />
G. Tanda Elipsis (...)<br />
1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.<br />
Misalnya: <br />
• Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.<br />
2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.<br />
Misalnya: <br />
• Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.<br />
Catatan: <br />
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.<br />
Misalnya: <br />
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....<br />
H. Tanda Tanya (?)<br />
1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.<br />
Misalnya: <br />
• Kapan ia berangkat?<br />
• Saudara tahu, bukan?<br />
2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.<br />
Misalnya: <br />
• Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).<br />
• Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.<br />
I. Tanda Seru (!)<br />
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.<br />
Misalnya: <br />
• Alangkah seramnya peristiwa itu!<br />
• Bersihkan kamar itu sekarang juga!<br />
• Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak-istrinya!<br />
• Merdeka!<br />
J. Tanda Kurung ((...))<br />
1. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.<br />
Misalnya: <br />
• Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.<br />
2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.<br />
Misalnya: <br />
• Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.<br />
• Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.<br />
3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.<br />
Misalnya: <br />
• Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).<br />
• Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.<br />
4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.<br />
Misalnya: <br />
• Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.<br />
K. Tanda Kurung Siku ([...])<br />
1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.<br />
Misalnya: <br />
• Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.<br />
2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.<br />
Misalnya: <br />
• Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.<br />
L. Tanda Petik ("...")<br />
1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.<br />
Misalnya: <br />
• "Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"<br />
• Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."<br />
2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.<br />
Misalnya: <br />
• Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.<br />
• Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan dalam Tempo.<br />
• Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.<br />
3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.<br />
Misalnya: <br />
• Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.<br />
• Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".<br />
4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.<br />
Misalnya: <br />
• Kata Tono, "Saya juga minta satu."<br />
5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.<br />
Misalnya: <br />
• Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".<br />
• Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.<br />
Catatan: <br />
Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.<br />
M. Tanda Petik Tunggal ('...')<br />
1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.<br />
Misalnya: <br />
• Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"<br />
• "Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.<br />
2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing. (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab V, Pasal J.)<br />
Misalnya: <br />
• feed-back 'balikan'<br />
N. Tanda Garis Miring (/)<br />
1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.<br />
Misalnya: <br />
No. 7/PK/1973<br />
Jalan Kramat III/10<br />
tahun anggaran 1985/1986<br />
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.<br />
Misalnya: <br />
dikirimkan lewat darat/laut (dikirimkan lewat darat atau laut)<br />
harganya Rp25,00/lembar (harganya Rp25,00 tiap lembar)<br />
<br />
O. Tanda Penyingkat (Apostrof) (')<br />
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.<br />
Misalnya: <br />
Ali 'kan kusurati. ('kan = akan)<br />
Malam t'lah tiba. ('lah = telah)<br />
1 Januari '88 ('88 = 1988)</div>Uswatun Nisa Utami (Aauria)http://www.blogger.com/profile/09518899551215159332noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8814534882772623628.post-21837960549759305042011-03-26T13:02:00.000+08:002011-03-26T13:23:07.287+08:00Laju ReaksiFaktor yang memengaruhi laju reaksi<br />
Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:<br />
Luas permukaan sentuh<br />
Luas permukaan sentuh memiliki peranan yang sangat penting dalam banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil luas permukaan bidang sentuh, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi pun semakin kecil. Karakteristik kepingan yang direaksikan juga turut berpengaruh, yaitu semakin halus kepingan itu, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi ; sedangkan semakin kasar kepingan itu, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi.<br />
<br />
<div class="fullpost"> </div>Suhu<br />
Suhu juga turut berperan dalam memengaruhi laju reaksi. Apabila suhu pada suatu rekasi yang berlangusng dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin aktif bergerak, sehingga tumbukan yang terjadi semakin sering, menyebabkan laju reaksi semakin besar. Sebaliknya, apabila suhu diturunkan, maka partikel semakin tak aktif, sehingga laju reaksi semakin kecil.<br />
Katalis<br />
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi.<br />
Katalis dapat dibedakan ke dalam dua golongan utama: katalis homogen dan katalis heterogen. Katalis heterogen adalah katalis yang ada dalam fase berbeda dengan pereaksi dalam reaksi yang dikatalisinya, sedangkan katalis homogen berada dalam fase yang sama. Satu contoh sederhana untuk katalisis heterogen yaitu bahwa katalis menyediakan suatu permukaan di mana pereaksi-pereaksi (atau substrat) untuk sementara terjerat. Ikatan dalam substrat-substrat menjadi lemah sedemikian sehingga memadai terbentuknya produk baru. Ikatan atara produk dan katalis lebih lemah, sehingga akhirnya terlepas.<br />
Katalis homogen umumnya bereaksi dengan satu atau lebih pereaksi untuk membentuk suatu perantarakimia yang selanjutnya bereaksi membentuk produk akhir reaksi, dalam suatu proses yang memulihkan katalisnya. Berikut ini merupakan skema umum reaksi katalitik, di mana C melambangkan katalisnya:<br />
<br />
... (1)<br />
... (2)<br />
Meskipun katalis (C) termakan oleh reaksi 1, namun selanjutnya dihasilkan kembali oleh reaksi 2, sehingga untuk reaksi keseluruhannya menjadi :<br />
<br />
<br />
<br />
Beberapa katalis yang pernah dikembangkan antara lain berupa katalis Ziegler-Natta yang digunakan untuk produksi masal polietilen dan polipropilen. Reaksi katalitis yang paling dikenal adalah proses Haber, yaitu sintesis amoniak menggunakan besi biasa sebagai katalis. Konverter katalitik yang dapat menghancurkan produk emisi kendaraan yang paling sulit diatasi, terbuat dari platina dan rodium.<br />
Molaritas<br />
Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut tiap satuan volum zat pelarut. Hubungannya dengan laju reaksi adalah bahwa semakin besar molaritas suatu zat, maka semakin cepat suatu reaksi berlangsung. Dengan demikian pada molaritas yang rendah suatu reaksi akan berjalan lebih lambat daripada molaritas yang tinggi. Hubungan antara laju reaksi dengan molaritas adalah:<br />
V = k[A]m[B]n<br />
dengan:<br />
• V = Laju reaksi<br />
• k = Konstanta kecepatan reaksi<br />
• m = Orde reaksi zat A<br />
• n = Orde reaksi zat B<br />
Konsentrasi<br />
Karena persamaan laju reaksi didefinisikan dalam bentuk konsentrsi reaktan maka dengan naiknya konsentrasi maka naik pula kecepatan reaksinya. Artinya semakin tinggi konsentrasi maka semakin banyak molekul reaktan yang tersedia dengan demikian kemungkinan bertumbukan akan semakin banyak juga sehingga kecepatan reaksi meningkat.Uswatun Nisa Utami (Aauria)http://www.blogger.com/profile/09518899551215159332noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8814534882772623628.post-58014493851709383452011-03-26T12:57:00.000+08:002011-03-26T13:23:07.287+08:00Teori Asam BasaA. MENURUT ARRHENIUS<br />
<br />
Asam ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion H+.<br />
<br />
Basa ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion OH-.<br />
<br />
Contoh:<br />
<br />
1) HCl(aq) ® H+(aq) + Cl-(aq)<br />
2) NaOH(aq) ® Na+(aq) + OH-(aq)<br />
<div class="fullpost"> </div> <br />
B. MENURUT BRONSTED-LOWRY<br />
<br />
Asam ialah proton donor, sedangkan basa adalah proton akseptor.<br />
<br />
Contoh:<br />
<br />
1) HAc(aq) + H2O(l) « H3O+(aq) + Ac-(aq)<br />
asam-1 basa-2 asam-2 basa-1<br />
<br />
HAc dengan Ac- merupakan pasangan asam-basa konyugasi.<br />
H3O+ dengan H2O merupakan pasangan asam-basa konyugasi.<br />
<br />
2) H2O(l) + NH3(aq) « NH4+(aq) + OH-(aq)<br />
asam-1 basa-2 asam-2 basa-1<br />
<br />
H2O dengan OH- merupakan pasangan asam-basa konyugasi.<br />
NH4+ dengan NH3 merupakan pasangan asam-basa konyugasi.<br />
<br />
Pada contoh di atas terlihat bahwa air dapat bersifat sebagai asam (proton donor) dan sebagai basa (proton akseptor). Zat atau ion atau spesi seperti ini bersifat ampiprotik (amfoter).Uswatun Nisa Utami (Aauria)http://www.blogger.com/profile/09518899551215159332noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8814534882772623628.post-36467758098102260832011-03-26T12:53:00.000+08:002011-03-26T13:23:07.291+08:00Mekanika KuantumMekanika kuantum<br />
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas<br />
<br />
<br />
Densitas kebolehjadian dari fungsi gelombang sebuah elektron atom hidrogen dalam mekanika kwantum<br />
Mekanika kuantum adalah cabang dasar fisika yang menggantikan mekanika klasik pada tataran atom dan subatom. Ilmu ini memberikan kerangka matematika untuk berbagai cabang fisika dan kimia, termasuk fisika atom, fisika molekular, kimia komputasi, <div class="fullpost"> </div>kimia kuantum, fisika partikel, dan fisika nuklir. Mekanika kuantum adalah bagian dari teori medan kuantum dan fisika kuantum umumnya, yang, bersama relativitas umum, merupakan salah satu pilar fisika modern. Dasar dari mekanika kuantum adalah bahwa energi itu tidak kontinyu, tapi diskrit -- berupa 'paket' atau 'kuanta'. Konsep ini cukup revolusioner, karena bertentangan dengan fisika klasik yang berasumsi bahwa energi itu berkesinambungan.<br />
Sejarah<br />
Pada tahun 1900, Max Planck memperkenalkan ide bahwa energi dapat dibagi-bagi menjadi beberapa paket atau kuanta. Ide ini secara khusus digunakan untuk menjelaskan sebaran intensitas radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam. Pada tahun 1905, Albert Einstein menjelaskan efek fotoelektrik dengan menyimpulkan bahwa energi cahaya datang dalam bentuk kuanta yang disebut foton. Pada tahun 1913, Niels Bohr menjelaskan garis spektrum dari atom hidrogen, lagi dengan menggunakan kuantisasi. Pada tahun 1924, Louis de Broglie memberikan teorinya tentang gelombang benda.<br />
Teori-teori di atas, meskipun sukses, tetapi sangat fenomenologikal: tidak ada penjelasan jelas untuk kuantisasi. Mereka dikenal sebagai teori kuantum lama.<br />
Frase "Fisika kuantum" pertama kali digunakan oleh Johnston dalam tulisannya Planck's Universe in Light of Modern Physics (Alam Planck dalam cahaya Fisika Modern).<br />
Mekanika kuantum modern lahir pada tahun 1925, ketika Werner Karl Heisenberg mengembangkan mekanika matriks dan Erwin Schrödinger menemukan mekanika gelombang dan persamaan Schrödinger. Schrödinger beberapa kali menunjukkan bahwa kedua pendekatan tersebut sama.<br />
Heisenberg merumuskan prinsip ketidakpastiannya pada tahun 1927, dan interpretasi Kopenhagen terbentuk dalam waktu yang hampir bersamaan. Pada 1927, Paul Dirac menggabungkan mekanika kuantum dengan relativitas khusus. Dia juga membuka penggunaan teori operator, termasuk notasi bra-ket yang berpengaruh. Pada tahun 1932, Neumann Janos merumuskan dasar matematika yang kuat untuk mekanika kuantum sebagai teori operator.<br />
Bidang kimia kuantum dibuka oleh Walter Heitler dan Fritz London, yang mempublikasikan penelitian ikatan kovalen dari molekul hidrogen pada tahun 1927. Kimia kuantum beberapa kali dikembangkan oleh pekerja dalam jumlah besar, termasuk kimiawan Amerika Linus Pauling.<br />
Berawal pada 1927, percobaan dimulai untuk menggunakan mekanika kuantum ke dalam bidang di luar partikel satuan, yang menghasilkan teori medan kuantum. Pekerja awal dalam bidang ini termasuk Dirac, Wolfgang Pauli, Victor Weisskopf dan Pascaul Jordan. Bidang riset area ini dikembangkan dalam formulasi elektrodinamika kuantum oleh Richard Feynman, Freeman Dyson, Julian Schwinger, dan Tomonaga Shin'ichirō pada tahun 1940-an. Elektrodinamika kuantum adalah teori kuantum elektron, positron, dan Medan elektromagnetik, dan berlaku sebagai contoh untuk teori kuantum berikutnya.<br />
Interpretasi banyak dunia diformulasikan oleh Hugh Everett pada tahun 1956.<br />
Teori Kromodinamika kuantum diformulasikan pada awal 1960an. Teori yang kita kenal sekarang ini diformulasikan oleh Polizter, Gross and Wilzcek pada tahun 1975. Pengembangan awal oleh Schwinger, Peter Higgs, Goldstone dan lain-lain. Sheldon Lee Glashow, Steven Weinberg dan Abdus Salam menunjukan secara independen bagaimana gaya nuklir lemah dan elektrodinamika kuantum dapat digabungkan menjadi satu gaya lemah elektro.<br />
Eksperimen penemuan<br />
• Eksperimen celah-ganda Thomas Young membuktikan sifat gelombang dari cahaya. (sekitar 1805)<br />
• Henri Becquerel menemukan radioaktivitas (1896)<br />
• Joseph John Thomson - eksperimen tabung sinar kathoda (menemukan elektron dan muatan negatifnya) (1897)<br />
• Penelitian radiasi benda hitam antara 1850 dan 1900, yang tidak dapat dijelaskan tanpa konsep kuantum.<br />
• Robert Millikan - eksperimen tetesan oli, membuktikan bahwa muatan listrik terjadi dalam kuanta (seluruh unit), (1909)<br />
• Ernest Rutherford - eksperimen lembaran emas menggagalkan model puding plum atom yang menyarankan bahwa muatan positif dan masa atom tersebar dengan rata. (1911)<br />
• Otto Stern dan Walter Gerlach melakukan eksperimen Stern-Gerlach, yang menunjukkan sifat kuantisasi partikel spin (1920)<br />
• Clyde L. Cowan dan Frederick Reines meyakinkan keberadaan neutrino dalam eksperimen neutrino (1955)<br />
Bukti dari mekanika kuantum<br />
Mekanika kuantum sangat berguna untuk menjelaskan perilaku atom dan partikel subatomik seperti proton, neutron dan elektron yang tidak mematuhi hukum-hukum fisika klasik. Atom biasanya digambarkan sebagai sebuah sistem di mana elektron (yang bermuatan listrik negatif) beredar seputar nukleus atom (yang bermuatan listrik positif). Menurut mekanika kuantum, ketika sebuah elektron berpindah dari tingkat energi yang lebih tinggi (misalnya dari n=2 atau kulit atom ke-2 ) ke tingkat energi yang lebih rendah (misalnya n=1 atau kulit atom tingkat ke-1), energi berupa sebuah partikel cahaya yang disebut foton, dilepaskan. Energi yang dilepaskan dapat dirumuskan sbb:<br />
<br />
keterangan:<br />
• adalah energi (J)<br />
• adalah tetapan Planck, (Js), dan<br />
• adalah frekuensi dari cahaya (Hz)<br />
Dalam spektrometer massa, telah dibuktikan bahwa garis-garis spektrum dari atom yang di-ionisasi tidak kontinyu, hanya pada frekuensi/panjang gelombang tertentu garis-garis spektrum dapat dilihat. Ini adalah salah satu bukti dari teori mekanika kuantum.Uswatun Nisa Utami (Aauria)http://www.blogger.com/profile/09518899551215159332noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8814534882772623628.post-54367603630660509282011-03-26T12:51:00.001+08:002011-03-26T13:23:28.338+08:00Mekanika kuantumUswatun Nisa Utami (Aauria)http://www.blogger.com/profile/09518899551215159332noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8814534882772623628.post-10058668152659348762011-03-19T18:00:00.000+08:002011-03-19T18:07:17.463+08:00Laporan Hasil Praktikum Sistem Pencernaan Pada Ikan Bandeng<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="fullpost"><!--[if !mso]> <style>
v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
w\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <o:OfficeDocumentSettings> <o:RelyOnVML/> <o:AllowPNG/> </o:OfficeDocumentSettings> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves>false</w:TrackMoves> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
</style> <![endif]--> <div align="center" class="MsoNoSpacing" style="text-align: center;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt;">BAB I</span></div><div align="center" class="MsoNoSpacing" style="text-align: center;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt;">PENDAHULUAN</span></div><div align="center" class="MsoNoSpacing" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>A.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Latar Belakang</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dalam pembuatan Laporan Hasil Praktikum ini, kami memiliki landasan acuan. Dan acuan tersebut adalah penelitian serta penagmatan langsung organ-organ saluran pencernaan pada ikan Bandeng.</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran semester 2 dua ini kita dituntut untuk mengetahui system organ pencernaan pada ikan bandeng sehingga diadakanlah praktikum ini.<a name='more'></a></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Selain itu, kami juga didasari olrh keingin tahuan kami akan organ dalam ikan secara langsung dan spesifik.</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>B.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tujuan</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Mengetahui organ-organ penceranaan pada ikan (Bandeng)</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Mengetahui sistem pencernaan ikan (Bandeng)</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Mengamati langsung segala sesuatu yang terdapat pada objek (spesifik maupun menyeluruh)</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>C.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Manfaat</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dapat mengetahui Organ-organ pencernaan pada ikan</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kita dapat mengetahui Saluran pencernaan pada ikan</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Melatih kemampuan kita dalam menggambar apa yang kita amati.</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNoSpacing" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNoSpacing" style="text-align: center;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt;">BAB II</span></div><div align="center" class="MsoNoSpacing" style="text-align: center;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt;">TINJAUAN PUSTAKA</span></div><div align="center" class="MsoNoSpacing" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><b><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sistem Pencernaan</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: -27pt;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Secara anatomis, struktur alat pencernaan ikan berkaitan dengan bentuk tubuh, kebiasan makanan, tingkah laku ikan dan umur ikan. Sistem atau alat pencernaan pada ikan terdiri dari dua bagian, yaitu saluran pencernaan (Tractus digestivus) dan kelenjar pencernaan (Glandula digestoria). </span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Saluran pencernaan</span></b><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Mulai dari muka ke belakang, saluran pencernaan tersebut terdiri dari mulut, rongga mulut, farings, esofagus, lambung, pilorus, usus, rektum dan anus. </span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -9pt;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a. Mulut</span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Bagian terdepan dari mulut adalah bibir, pada ikan-ikan tertentu bibir tidak berkembng dan malahan hilang secara total karena digantikan oleh paruh atau rahang (ikan famili scaridae, diodotidae, tetraodontidae). Pada ikan belanak atau tambakan, bibir berkembang dengan baik dan menebal, bahkan mulutnya dapat disembulkan. Keberadaan bibir berkaitan erat dengan cara mendapatkan makanan. Di sekitar bibir pada ikan tertentu terdapat sungut, yang berperan sebagai alat peraba. Mulut terletak di ujung hidung dan juga terletak di atas hidung.</span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -9pt;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b. Rongga mulut</span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Di bagian belakan mulut terdapat ruang yang disebut rongga mulut. Rongga mulut ini berhubungan langsung dengan segmen faring. Secara anatomis organ yang terdapata pada rongga mulut adalah gigi, lidah dan organ palatin. Permukaan rongga mulut diselaputi oleh lapisan sel permukaan (epitelium) yang berlapis. Pada lapisan permukaan terdapat sel-sel penghasil lendir (mukosit) untuk mempermudah masuknya makanan. Disamping mukosit, di bagian mulut juga terdapat organ pengecap (organ penerima rasa) yang berfungsi menyeleksi makanan.</span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -7.1pt;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">c. Farings</span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Lapisan permukaan faring hampir sama dengan rongga mlut, masih ditemukan organ pengecap, Sebagai tempat proses penyaringan makanan.</span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -9pt;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">d. Esofagus</span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Permulaan dari saluran pencernaan yang berbentuk seperti pipa, mengandung lendir untuk membantu penelanan makanan. Pada ikan laut, esofagus berperan dalam penyerapan garam melalui difusi pasif menyebabkan konsentrasi garam air laut yang diminum akan menurun ketika berada di lambung dan usus sehingga memudahkan penyerapan air oleh usus belakang dan rectum (proses osmoregulasi)</span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -9pt;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">e. Lambung</span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Lambung merupakan segmen pencernaan yang diameternya relatif lebih besar bila dibandingkan dengan organ pencernaan yang lain. Besarnya ukuran lambung berkaitan dengan fungsinya sebagai penampung makanan. Seluruh permukaan lambung ditutupi oleh sel mukus yang mengandung mukopolisakarida yang agak asam berfungsi sebagai pelindung dinding lambung dari kerja asam klorida. Sebagai penampung makanan dan mencerna makanan secara kimiawi. Pada ikan-ikan herbivora terdapat gizard (lambung khusus) berfungsi untuk menggerus makanan (pencernaan secara fisik).</span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -9pt;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">f. Pilorus </span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pilorus merupakan segmen yang terletak antara lambung dan usus depan. Segmen ini sangat mencolok karena ukurannya yang mengecil/menyempit. </span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -9pt;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">g. Usus ( intestinum)</span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Merupakan segmen yang terpanjang dari saluran pencernaan. Intestinum berakhir dan bermuara keluar sebagai anus. Merupakan tempat terjadinya proses penyerapan zat makanan</span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -9pt;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">h. Rektum</span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Rektum merupakan segmen saluran pencernaan yang terujung. Secara anatomis sulit dibedakan batas antara usus dengan rektum. Namun secara histologis batas antara kedua segmen tersebut dapat dibedakan dengan adanya katup rektum.</span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -9pt;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">i. Kloaka</span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kloaka adalah ruang tempat bermuaranya saluran pencernaan dan saluran urogenital. Ikan bertulang sejati tidak memiliki kolaka, sedangkan ikan bertulang rawan memiliki organ tersebut. </span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -9pt;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">j. Anus</span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Anus merupakan ujung dari saluran pencernaan. Pada ikan bertulang sejati anus terletak di sebelah depan saluran genital. Pada ikan yang bentuk tubuhnya memanjang, anus terletak jauh dibelakang kepala bedekatan dengan pangkal ekor. Sedangkan ikan yang tubuhnya membundar, posisi anus terletak jauh di depan pangkal ekor mendekati sirip dada.</span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><b><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span> </span>Kelenjar Pencernaan</span></b><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kelenjar pencernaan berguna untuk menghasilkan enzim pencernaan yang nantinya akan bertugas membantu proses penghancuran makanan. Enzim pencernaan yang dihasilkan oleh ikan buas juga berbeda dengan ikan vegetaris. Ikan buas pada umumnya menghasilkan enzim-enzim pemecah protein, sedangkan ikan vegetaris menghasilkan enzim-enzim pemecah karbohidrat. Kelenjar pencernaan terdiri dari hati dan pankreas. Disamping itu, saluran pencernaannya (lambung dan usus) juga berfungsi sebagai kelenjar pencernaan.</span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Hati meupakan organ penting yang mensekresikan bahan untuk proses pencernaan. Organ ini umumnya merupakan suatu kelenjar yang kompak, berwarna merah kecokelatan. Posisi hati terletak pada rongga tubuh bagian bawah, di belakang jantung dan disekitar usus depan. Di sekitar hati terdapat organ berbentuk kantong kecil, bulat, oval atau memanjang dan berwarna hijau kebiruan, organ ini dinamakan kantung empedu yang fungsinya untuk menampung cairan empedu yang disekresikan oleh organ hati. Secara umum hati berfungsi sebagi tempat metabolisme karbohidrat, lemak dan protein serta tempat memproduksi cairan empedu.</span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pankreas merupakan organ yang mensekresikan bahan (enzim) yang berperan dalam proses pencernaan. Pankreas ada yang berbentuk kompak dan ada yang diffus (menyebar) di antara sel hati. Letak penkreas berdekatan dengan usus depan sebab saluran pankreatik bermuara ke usus depan. Saluran pankreatik yaitu saluran-saluran kecil yang bergabung satu sama lain dan pada akhirnya akan terbentuk saluran yang keluar dari pankreas menuju usus depan.</span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Proses Pencernaan</span></b><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sebelum makanan di sambar dan ditelan, terlebih dahulu telah menimbulkan rangsangan berupa nafsu untuk makan. Nafsu untuk makan ini dapat dirangsang melalui penglihatan, bau dan rabaan. Begitu ada nafsu untuk makan, maka alat-alat pencernaanya segera bersiap-siap untuk menerima makanan dan selanjutnat mencernakannya. Setelah makanan digigit, untuk menelannya diperlukan bahan pelicin yaitu air liur. Selai sebagai pelicin, air liur juga mengandung enzim ptialin yang merupakan enzim pemecah karbohidrat menjadi maltosa yang kemudaian dilanjutkan menjadi glukosa. Tapi karena ikan tidak mengunyah makanan, padahal pemecahan karbohidrat membutuhkan waktu yang lama, maka ptialinnya baru dapat bekerja aktif setelah makanan sampai di lambung. Selain mengandung enzim ptialin, air liur juga mengandung senyawa penyangga derajat keasaman (bufer) yang berguna untuk memecah terjadinya penurunan pH agar proses pencernaan dapat berjalan normal.</span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Apabila makanan telah masuk ke dalam saluran pencernaan, maka dindng saluran pencernaannya akan terangsang untuk menghasilkan hormon gastrin. Hormon ini akan memacu pengeluaran asam klorida (HCL) dan pepsinogen. HCL akan mengubah pepsinogen menjadi pepsin yang merupakan enzim pencernaan akif, yaitu sebagai pemecah protein menjadi pepton (polipeptida). Apabila makanannya banyak mengandung lemak, maka akan dihasilkan juga hormon entergastron.</span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Di dalam usus, makanan itu sendiri akan merangsang keluarnya hormon kolsistokinin. Hormon ini kemudian akan memacu keluarnyagetah empedu dari hati. Getah empedu itu sebenarnya dibuat dari sel-sel darah merah yang telah rusak di dalam hati. Pengeluaran getah empedu tersebut melalui pembuluh hepatikus yang kemidaian ditampung di dalam kantong empedu. Fungsi getah empedu tersebut adalah memeperhalus butiran-butiran lemak menjadi emulsi sehingga mudah larut dalam air dan diserap oleh usus.</span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dinding usus juga mengeluarkan hormon sekretin dan pankreozinin. Sekretin akan memacu pengeluaran getah empedu dan pankreas. Getah penkreas ini mengandung enzim amilase, lipase dan protase. Sedangkan hormon pankreozinin menyebabkan rangsangan untuk mempertinggi produksi getah pankreas.</span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Enzim amilase akan memecah karbohidrat menjadi glukosa. Enzim lipase memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Sedangkan protase memecah protein menjadi asam amino. Ketiga enzim tersebut dapat mencapai puncak keaktifan apabila kadar protein dalam makanan antara 40-60%. Apabila kadar proteinnya berubah maka untuk mencapai puncak keaktifan, enzim-enzim tersebut membutuhkan waktu untuk menyseuaikan diri.</span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Penyerapan Sari Makanan</span></b><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Makanan yang sudah dicerna halus sekali kemudian sari-sarinya akan diserap oleh dinding usus. Sebenarnya di dalam lambung juga sudah mulai penyerapan, tapi jumlahnya masih sangat sedikit. Penyerapan yang utama terjadi di dalam usus. Untuk menyerap sari makanan tersebut, dinding usus mempunyai jonjot-jonjot agar permukaannya lebih luas. Melalui pembuluh darah rambut pada jonjot usus tersebut, sari makanan akan diserap ke dalam darah.</span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida, yaitu glikosa, galaktosa, fruktosa dan lain-lain. Proses penyerapannya dipengaruhi oleh hormon insulin. Hormon tersebut dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Lemak diserap dalam bentuk asam lemak dan gliserol. Di dalam lapisan lendir dinding usus, asam lemak dan gliserol bersatu lagi, untuk kemudian diedarkan keseluruh tubuh melalui limfe (70%) dan melalui pembuluh darah (30%). Sedangkan protein diserap dalam bentuk asam amino yang dibawa ke hati dulu untuk diubah menjadi protein lagi, akan tetapi yang telah disesuaikan dengan kebutuhan tubuh ikan yang bersangkutan.</span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Zat-zat makanan yang telah diserap oleh darah kemudian diedarkan ke seluruh tubuh untuk keperluan metabolisme, yaitu anabolisme dan katabolisme. Anabolisme adalah pembentukan zat-zat yang lebih kompleks dari zat-zat yang lebih sederhana. Misalnya pembentukan protein dan asam-asam amino. Sedangkan katabolisme adalah pemecahan zat-zat yang merupakan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Misalnya pemecahan karbohidrat menjadi tenaga, air dan karbondioksida.</span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pada hewan-hewan darat, yang digunakan sebagai sumber tenaga pertama-tama adalah karbohidrat kemudian disusul oleh lemak sebagai sumber nomor dua dan terakhir protein. Sedangkan pada ikan adalah kebalikan dari hewan darat, yaitu protein, lemak dan karbohidrat.</span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Pencernaan Secara Fisik Mekanik dan Kimiawi</span></b><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 200%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pencernaan secara fisik dan mekanik dimulai di bagian rongga mulut yaitu dengan berperannya gigi pada proses pemotongan dan penggerusan makanan. Pencernaan secara mekanik ini juga berlangsung di segmen lambung dan usus yaitu melalui gerakan-gerakan (kontraksi) otot pada segmen tersebut. Pencernaan secara mekanik di segmen lambung dan usus terjadi lebih efektif oleh karena adanya peran cairan digestif. Pada ikan, pencernaan secara kimiawi dimulai di bagian lambung, hal ini dikarenakan cairan digestif yang berperan dalam proses pencernaan secara kimiawi mulai dihasilkan di segmen tersebut yaitu disekresikan oleh kelenjar lambung. Pencernaan ini selanjutnya disempurnakan di segmen usus. Cairan digestif yang berperan pada proses pencernaan di segmen usus berasal dari hati, pankreas dan dinding usus itu sendiri. Kombinasi antara aksi fisik dan kimiawi inilah yang menyebabkan perubahan makanan dari yang asalnya bersifat komplek menjadi senyawa sederhana atau yang asalanya berpartikel makro menjadi partikel mikro. Bentuk partikel mikro inilah makanan menjadi zat terlarut yang memungkinkan dapat diserap oleh dinding usus yang selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh.</span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" /> </span> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: center;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 115%;">BAB III</span></div><div align="center" class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: center;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 115%;">METOLOGI PENELITIAN</span></div><div align="center" class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span>A.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Alat dan Bahan</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: 117pt; text-indent: 4.5pt;"><span style="font-family: Webdings; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>Y<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Alat : </span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 207pt; text-indent: -31.5pt;"><span style="font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pisau</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 207pt; text-indent: -31.5pt;"><span style="font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Talang </span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 207pt; text-indent: -31.5pt;"><span style="font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Gunting</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 144pt; text-indent: -22.5pt;"><span style="font-family: Webdings; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>Y<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Bahan :</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 189pt; text-indent: -13.5pt;"><span style="font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ikan</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>B.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Cara Kerja</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 78pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Bedah spesimen mulai dari bagian dekat insang sampai ekor.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 78pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Amati organ dalam yang merupakan alat – alat pencernaan.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 78pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Gambar hasil pengamatan.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 78pt;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNoSpacing" style="text-align: center;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt;">BAB IV</span></div><div align="center" class="MsoNoSpacing" style="text-align: center;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt;">PEMBAHASAN</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal"><b><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Ikan bandeng</span></b></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: 72.45pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span><img alt="*" height="13" src="file:///C:/DOCUME%7E1/GUSTOM/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" width="13" /><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Habitat: hidup di air laut dan dapat pula hidup di air payau.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 72.45pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span><img alt="*" height="13" src="file:///C:/DOCUME%7E1/GUSTOM/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" width="13" /><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Morfologi :</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 108.45pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>ü<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Warna tubuh putih agak<span> </span>mengkilat</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 108.45pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>ü<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Bentuk tubuh torpedo</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 108.45pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>ü<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Seluruh permukaan tubuhnya ditutupi oleh sisik</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 108.45pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>ü<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Berwarna keperakan</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 108.45pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>ü<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Terdapat sirip dada,perut dan anus</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 108.45pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>ü<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Terdapat selaput pada mata</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 108.45pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>ü<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Mulutnya kecil dan tidak bergigi</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 108.45pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>ü<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tipe sisik sikloid</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span><img alt="*" height="13" src="file:///C:/DOCUME%7E1/GUSTOM/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" width="13" /><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sruktur anatomi dan histologi:</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 108pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>ü<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kerangka ikan: bertulang sejati dan memiliki rangka aksial,apendicular,visceral</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 108pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>ü<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Urat daging berebentuk searah.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><i><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span> </span></span></i></b></div><div align="center" class="MsoNoSpacing" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNoSpacing" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNoSpacing" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNoSpacing" style="text-align: center;"><br />
</div><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" /> </span> <div class="MsoNormal"><br />
</div><div align="center" class="MsoNoSpacing" style="text-align: center;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt;">BAB V</span></div><div align="center" class="MsoNoSpacing" style="text-align: center;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt;">PENUTUP</span></div><div align="center" class="MsoNoSpacing" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt;"><span><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>I.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt;">Kesimpulan</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Setelah mengamati sistem pencernaan pada ikan tersebut, kami dapat menyimpulkan bahwa semua makhluk hidup memiliki kesamaan dan perbedaan pada sistem pencernaannya.</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sama halnya dengan ikan, dalam sistem pencernaannya terdapat organ-organ seperti,mulut,rongga mulut, faring, esophagus, lambung, pylorus, usus, rectum, kloaka, dan anus. Yang dimana organ-organ tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda.</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" /> </span> <div class="MsoNormal"><br />
</div><div align="center" class="MsoNoSpacing" style="text-align: center;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt;">DAFTAR PUSTAKA</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Adaaja.com . 2010. Sistem Pencernaan Pada Ikan. </span><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><a href="http://adaaja.com/sistem-pencernaan-pada-ikan/"><span style="color: windowtext;">http://adaaja.com/sistem-pencernaan-pada-ikan/</span></a></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt;">Adhi, I.K.D 2008. sistem-pencernaan-pada-hewan. http://gurungeblog. wordpress.com/2008/11/23/sistem-pencernaan-pada-hewan/</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt;">Affandi, R., Sjafei, D.S., Rahardjo, M.F. dan Sulistiono. 2004. Fisiologi Ikan, Pencernaan dan Penyerapan Makanan. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 215 hal</span><span style="font-family: Consolas; font-size: 24pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt;">Arfinanda, G.F. 2010. Sistem Pencernaan Hewan. http://blogs.myspace.com/ index.cfm?fuseaction=blog.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span style="font-family: Consolas; font-size: 12pt;">Crayonpedia. 2008. Sistem Pencernaan Hewan. </span><a href="http://www.crayonpedia.org/mw/3._Sistem_Pencernaan_Hewan_11.2"><span style="color: windowtext; font-family: Consolas; font-size: 12pt;">http://www.crayonpedia.org/ mw/3._Sistem_Pencernaan_Hewan_11.2</span></a><span style="font-family: Consolas; font-size: 24pt;"></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><br />
</div></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div></div>Uswatun Nisa Utami (Aauria)http://www.blogger.com/profile/09518899551215159332noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8814534882772623628.post-48622062516072453942011-03-19T16:23:00.002+08:002011-03-19T16:25:04.047+08:00English X<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="fullpost"><div style="text-align: justify;">Untuk melatih pendengaran Anda (listening), Anda juga dapat mendownload link audio di atas (sudah dalam bentuk mp3) lalu simpan di folder PC Anda. Setelah itu, Anda dapat aktifkan/mainkan Audionya, sambil melihat penjelasan materi di bawah ini. Jangan kuatir, isi dari Audio tersebut adalah penjelasan dari materi di bawah ini. Selamat mencoba. Semoga bermanfaat.</div><strong>Comparatives </strong>Use <em>-er</em> to compare <em>one syllable adjectives</em> and <em>adverbs</em> as well as <em>two-syllable <strong>adjectives</strong> ending<a name='more'></a> in </em><em>-y</em>.<br />
<ul><a href="" name="more"></a>A horse is bigger than a dog. He is shorter than his brother. I’m busier today than I was yesterday. I can run faster than you can.My house is smaller. It’s the lesser of two evils.</ul>Use <em>more</em> or <em>less</em> to compare most other adjectives and adverbs.<br />
<ul>She is more helpful than her sister. Mr. Gallant is more courageous than his cousin. Craig is less practical than Kay.Celine sings more beautifully than Barbara.</ul>For better or worse<br />
<ul><li> <ul>That’s a good movie, but this one is <em>better</em>. Actually, I think that one is <em>worse</em>.</ul></li>
Use <strong><em>better</em></strong> and <em><strong>worse</strong></em> for comparisons with <em>good</em> or <em>well</em>.</ul>Use <em>as . . . as</em> to show similarity<br />
<ul>He’s as quick as his brother. This chair is not as comfortable as that one.</ul><strong>Superlatives</strong><br />
Use <em><strong>the <em>-est</em></strong> to indicate the </em><em><strong>superlative</strong></em> of <em>one-syllable adjectives</em> and <em>adverbs</em> as well as <em>two-syllable<strong> adjectives</strong> ending in </em><em>-y</em>.<br />
<ul><em></em><em>He’s the fastest man alive. That’s the funniest clown I’ve ever seen. Ben works the hardest of them all. </em></ul><em></em><em>Use </em><em>the best</em> or <em>the worst</em> as the superlative of <em>good</em> or <em>well</em>.<br />
<ul><em></em><em>This is the best deal I can offer you. That was the best time I’ve ever had. It was the worst dinner I’ve ever cooked. I like this one (the) best. </em></ul><em></em><em>Use </em><em><strong>the most + adjective/adverb</strong></em> to indicate the superlative of longer adjectives and adverbs.<br />
<ul><em></em><em> He’s the most wonderful man I’ve met. That was the most difficult exam I’ve ever taken. Chris sings the most beautifully of them all.</em></ul></div></div>Uswatun Nisa Utami (Aauria)http://www.blogger.com/profile/09518899551215159332noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8814534882772623628.post-48099036437139390572011-03-19T16:17:00.001+08:002011-03-19T16:19:46.526+08:00Sistem Pencernaan Manusia<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="fullpost"><b>SISTEM PENCERNAAN MANUSIA</b><br />
Proses pencernaan pada manusia dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:<br />
1. <i>Pencernaan mekanik</i>, adalah proses pengubahan makanan dari bentuk kasar menjadi bentuk kecil atau halus. Proses ini dilakukan dengan menggunakan gigi di dalam mulut.<br />
2. <i>Pencernaan kimiawi</i>, adalah proses perubahan makanan dari zat yang kompleks menjadi zat-zat yang lebih sederhana dengan enzim, yang terjadi mulai dari mulut, lambung, dan usus. <i>Enzim </i>adalah zat kimia yang dihasilkan oleh tubuh yang berfungsi mempercepat reaksi-reaksi kimia dalam tubuh.<br />
Proses pencernaan makanan pada manusia melibatkan alat-alat pencernaan makanan. Alat-alat pencernaan makanan pada manusia adalah organorgan tubuh yang berfungsi mencerna makanan yang kita makan. Alat pencernaan makanan dibedakan atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan<br />
<b> </b><br />
<b>A. Mulut<a name='more'></a></b><br />
<b> </b>Makanan masuk ke dalam tubuh pertama kali melewati rongga mulut. Oleh karena itu, proses pencernaan makanan secara mekanik dan kimiawi sudah dimulai pada bagian ini. Pada rongga mulut terdapat beberapa bagian yang berperan dalam proses pencernaan yakni gigi, lidah, dan kelenjar ludah.<br />
<ol><li>Gigi</li>
</ol>Terdapat empat macam gigi, yaitu gigi seri (insisor = I) , gigi taring (caninus =C), geraham depan (premolar = Pm), dan geraham belakang (molar = M). Makanan dipotong dengan gigi seri, dirobek gigi dengan taring dan dikunyah dengan gigi geraham. Pada orang dewasa, gigi yang lengkap terdiri atas 32 buah.<br />
Gigi memiliki tiga bagian utama meliputi:<br />
1. mahkota gigi yang terletak menonjol di atas tulang;<br />
2. leher gigi;<br />
3. akar gigi, tertanam di dalam tulang rahang.<br />
Sebagian besar gigi tersusun atas tetapi mahkota gigi dilapisi email yang sangat keras. Rongga pada gigi (pulpa) berisi pembuluh darah dan pembuluh saraf. Bagian yang menutup dan mengelilingi leher gigi disebut gusi.<br />
<ol><li>Lidah</li>
</ol>Lidah sebagian besar terdiri atas otot. Pada permukaan atas lidah banyak terdapat ribuan tonjolan kecil yang disebut dengan <i>papilla</i>, yang banyak terdapat rangkaian kompleks saraf yang membentuk alat indra pengecap dan peraba. Pada permukaan atas papilla terdapat selaput lendir. Lidah seseorang berbentuk bulat memanjang. Dalam keadaan tertentu, lidah dapat dijulurkan memanjang.<br />
Lidah berfungsi untuk mengaduk makanan di dalam rongga mulut dan membantu mendorong makanan (proses penelanan) serta menghasilkan kelenjar ludah. Selain itu, lidah juga berfungsi sebagai alat pengecap yang dapat merasakan manis, asin, pahit, dan asam.<br />
<ol><li>Kelenjar Ludah</li>
</ol>Kelenjar ludah menghasilkan ludah atau air liur ( saliva). Kelenjar ludah dalam mulut ada tiga pasang, yaitu:<br />
1) Kelenjar parotis, terletak di bawah telinga. Kelenjar parotis menghasilkan ludah yang berbentuk cair.<br />
2) Kelenjar submandibularis, terletak di rahang bawah.<br />
3) Kelenjar sublingualis, terletak di bawah lidah. Kelenjar submandibularis dan kelenjar sublingualis menghasilkan getah yang mengandung air dan lendir.<br />
Ludah berfungsi untuk memudahkan penelanan makanan, membasahi, dan melumasi makanan sehingga mudah ditelan. Selain itu, ludah juga melindungi selaput mulut terhadap panas, asam, dan basa.<br />
Di dalam ludah terdapat enzim <i>ptialin </i>( amilase) yang berfungsi mengubah makanan dalam mulut yang mengandung zat karbohidrat ( amilum) menjadi gula sederhana jenis maltosa. Enzim ptialin bekerja dengan baik pada pH antara 6.8 – 7 dan suhu 37 °C.<br />
<b>B. Kerongkongan</b><br />
<b> </b>Setelah makanan kita kunyah dalam mulut, makanan akan masuk menuju kerongkongan. Sebelum ke kerongkongan, pada pangkal tenggorokan (laring) terdapat bagian yang memiliki katup dinamakan <b>epiglotis</b>. Epiglotis berfungsi mengatur masuknya makanan dan udara ke dalam tubuh.<br />
Saat kita menelan makanan, laring bergerak ke atas sehingga tertutup oleh epiglotis dan tidak ada makanan yang masuk ke dalam batang tenggorokan (trakea). Namun, terkadang partikel kecil makanan atau air dapat masuk ke dalam laring atau trakea. Akibatnya, secara otomatis kita akan mengalami batuk atau tersedak.<br />
Kerongkongan merupakan organ yang berperan sebagai tempat jalannya makanan menuju lambung. Panjangnya sekitar 25 cm dan berbentuk tabung dengan diameter 2 cm. Dinding kerongkongan tersusun atas epitelium berlapis pipih.<br />
Selain itu, pada kerongkongan terdapat pula beberapa otot, yakni otot melingkar dan otot<br />
longitudinal. Apabila otot tersebut berkontraksi, kerongkongan akan bergerak. Gerakan demikian<br />
disebut <b>gerak peris taltik</b>. Gerak peristaltik pada kerongkongan ialah gerakan mendorong dan mere mas-remas makanan menuju lambung. Gerak an ini terdiri atas fase kontraksi dan relaksasi.<br />
<b>C. Lambung</b><br />
<b> </b>Makanan dari kerongkongan terdorong ke dalam lambung, akibat gerakan peristaltik seperti yang sudah dijelaskan di atas. Lambung diibaratkan seperti lumbung yang bertugas untuk menyimpan makanan yang telah ditelan untuk sementara waktu.<br />
Lambung berukuran sekepal tangan dan terletak di dalam rongga perut sebelah kiri, di bawah sekat rongga badan. Dinding lambung sifatnya lentur, dapat mengembang apabila berisi makanan dan mengempis apabila kosong. Muatan di dalam lambung dapat menampung hingga 1,5 liter makanan. Dinding lambung tersebut berwarna merah muda dan mengkilap.<br />
Otot penyusun lambung terdiri atas otot memanjang yang terletak di bagian luar, otot melingkar yang terletak di bagian tengah, dan otot miring yang terletak di bagian dalam. Pada bagian atas terdapat otot lingkaran yang disebut <i>sfinkter kardial </i>yang tetap menutup kecuali bila ada makanan yang mendekatinya. Di dekat pilorus terdapat sfinkter yang disebut <i>sfinkter pilori</i>. Otot ini merupakan otot-otot polos, sehingga bekerja tanpa disadari. Otot-otot lambung bekerja dengan cara berkontraksi sehingga dapat menekan dan memeras makanan dalam lambung dan mencampurnya dengan getah pencernaan dalam lambung.<br />
Lambung terdiri atas tiga bagian berikut.<br />
a. <i>Kardiaks</i>, merupakan bagian atas sebagai pintu masuk makanan dari kerongkongan.<br />
b. <i>Fundus</i>, adalah bagian tengah lambung, tempat makanan ditampung dan mengalami perlakuan kimiawi.<br />
c. <i>Pilorus</i>, merupakan bagian bawah lambung sebagai pintu keluar makanan dan berhubungan langsung dengan usus dua belas jari. Pilorus ini bekerja atas pengaruh pH makanan. Apabila pH makanan asam, maka otot-otot pilorus mengendor sehingga menyebabkan pintu pilorus terbuka dan sebaliknya jika makanan basa, maka otot-otot pylorus akan berkontraksi yang menyebabkan pilorus menutup.<br />
Waktu mencerna berbeda-beda untuk setiap makanan atau minuman. Makanan yang padat akan membutuhkan waktu yang lebih lama daripada zat cair (minuman) sehingga menurut ilmu kesehatan dianjurkan mengunyah makanan 32 kali agar makanan menjadi lebih lembut, sehingga akan meringankan beban lambung untuk melumatkan makanan tersebut.<br />
Semakin lumat makanan yang masuk lambung, maka semakin cepat melintasi lambung. Jenis makanan lemak dan sayuran hijau akan lebih lama berada di dalam lambung sehingga orang akan merasa kenyang lebih lama. Makanan yang masuk pada lambung bertahan selama 2-5 jam. Makanan dalam lambung mengalami serangkaian proses kimiawi oleh getah lambung, sekitar 1 – 2 liter yang dihasilkan oleh 35 juta kelenjar, antara lain HCl, enzim pepsin, enzim renin, lipase, mukus (lendir), dan faktor intrinsik.<br />
Enzim pepsin akan memecah molekul protein menjadi peptida, enzim renin akan mencerna protein susu menjadi kasein, sedangkan enzim lipase akan mengemulsikan lemak dalam makanan. Jadi, perlakuan kimiawi protein pertama kali dilakukan di dalam lambung. Selain mendapat perlakuan kimiawi, makanan oleh enzim-enzim tersebut juga ada HCl yang membantu dalam proses-proses pencernaan.<br />
Fungsi HCl, antara lain:<br />
a. membunuh kuman pada makanan yang dimakan;<br />
b. mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin;.<br />
c. mempercepat reaksi antara air, protein, dan pepsin;<br />
d. mengendorkan pilorus, karena HCl bersifat asam dengan pH kurang lebih 1-3<br />
<i>Mukus </i>(lendir) berfungsi sebagai lapisan pelindung yang dapat melindungi lambung dari asam lambung. Sedangkan faktor intrinsik berfungsi untuk menghasilkan vitamin B12 yang diperlukan untuk membentuk sel-sel darah dan membantu saraf berfungsi dengan baik. Dengan adanya faktor intrinsik ini pula, maka vitamin B12 di dalam lambung dilindungi dari asam lambung sehingga tidak rusak. Khim ini bersifat asam, dan menjadi netral ketika masuk ke dalam usus 12 jari, karena dinetralkan oleh getah basa yang dihasilkan kelenjar pankreas yang terdapat di dalam usus dua belas jari.<br />
Setelah mendapatkan perlakuan tersebut, makanan kemudian bercampur dengan getah lambung membentuk <i>khim </i>seperti bubur yang lembut. Kemudian khim sedikit demi sedikit dikeluarkan menuju usus dua belas jari. Otot pylorus berelaksasi karena rangsangan asam dari makanan tiba di pilorus depan, menyebabkan pintu pilorus terbuka sehingga makanan keluar menuju usus dua belas jari. Apabila makanan asam menyentuh pilorus bagian belakang, maka pilorus akan menutup kembali. Demikianlah prosesnya. Setelah makanan sampai di usus dua belas jari, maka makanan yang sifatnya asam akan merangsang usus dua belas jari mensekresikan hormone sekretin yang dapat memacu pankreas mengeluarkan getah pankreas yang bersifat basa sehingga mengakibatkan pilorus menutup. Lambung yang dijelaskan di atas dapat juga bermasalah di antaranya adalah penyakit maag dan kanker lambung. Penyakit maag ini dapat timbul karena kelebihan HCl. Produksi HCl ini dapat dipicu oleh makanan dan minuman, misalnya makanan pedas, alkohol, kopi, dan nikotin. Selain itu, juga dapat dipicu oleh tekanan pikiran (stress). Asam lambung yang berlebihan ini dapat mengikis dinding lambung, gejala penyakit ini biasanya nyeri di bagian dada<br />
<table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td height="5" width="161"><br />
</td> </tr>
<tr> <td><br />
</td> <td><br />
</td> </tr>
</tbody> </table><b> </b><br />
<b> </b><br />
<b> </b><br />
<b> </b><br />
<b> </b><br />
<b> </b><br />
<b> </b><br />
<b> </b><br />
<b> </b><br />
<b> </b><br />
<b> </b><br />
<b> </b><br />
<b> </b><br />
<b>D. Hati</b><br />
<b> </b>Hati adalah alat yang besar, terletak di bawah sekat rongga badan dan mengisi sebagian besar bagian atas rongga perut sebelah kanan. Hati membuat empedu yang terkumpul dalam kantung empedu. Empedu tersebut menjadi kental karena airnya diserap kembali oleh dinding kantung empedu. Pada waktu tertentu, empedu dipompakan ke dalam usus dua belas jari melalui pipa empedu.<br />
Dalam metabolisme karbohidrat, hati berfungsi untuk:<br />
– Menyimpan glikogen.<br />
– Mengubah galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa.<br />
– Glukoneogenesis (pengubahan molekul-molekul lemak, protein, dan laktat menjadi glukosa).<br />
– Membentuk senyawa kimia penting dari hasil perantara metabolism karbohidrat.<br />
Hati berfungsi sangat penting terutama untuk mempertahankan konsentrasi gula dalam darah. Pada metabolisme protein, hati berfungsi untuk:<br />
– Pembentukan sebagian besar lipoprotein.<br />
– Pembentuk sejumlah besar kolesterol dan fosfolipid.<br />
– Mengubah sejumlah besar karbohidrat dan protein menjadi lemak. Pada metabolisme protein, hati berfungsi untuk:<br />
– Deaminasi asam amino, yaitu pengurangan gugus amin (-NH2) pada asam amino.<br />
– Pembentukan urea, untuk mengeluarkan amonia dari cairan tubuh.<br />
– Pembentukan plasma protein.<br />
– Interkonversi di antara asam amino yang berbeda untuk proses metabolisme tubuh.<br />
Hati mempunyai kecenderungan untuk menyimpan vitamin. Vitamin yang disimpan di hati adalah A, D, dan Vitamin B12.<br />
<b>E. Kelenjar Pankreas</b><br />
<b> </b>Prakreas berada dalam lipatan duodenum, berbentuk huruf U yang rebah. Pada pankreas terdapat dua macam kelenjar, yaitu kelenjar endokrin menghasilkan hormon insulin, sedangkan kelenjar eksokrin menghasilkan getah pankreas (duktus pankreatikus) 1,5 liter per hari melalui dua saluran, yaitu duktus pankreatikus utama dan tambahan. Kedua saluran ini bermuara ke duodenum.<br />
Getah pankreas memiliki pH 8, berfungsi menetralkan chymus yang bersifat asam dari lambung, serta mengandung NaHCO3 (bersifat basa) dan enzim-enzim. Enzim tersebut adalah lipase pankreas, amilopsin, nuklease, disakarase, enterokinase, dan tripsin. Tiap-tiap enzim bekerja sebagai berikut:<br />
<table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td height="1" width="0"><br />
</td> </tr>
<tr> <td><br />
</td> <td><br />
</td> </tr>
</tbody> </table><b>F. Usus Halus</b><br />
<b> </b>Usus halus terbagi atas 3 bagian, yaitu:<br />
a. Duodenum (usus 12 jari) karena panjangnya sekitar 12 jari orang dewasa yang disejajarkan.<br />
b. Jejenum (usus kosong) karena pada orang yang telah meninggal bagian usus tersebut kosong.<br />
c. Ileum (usus penyerapan) karena pada bagian inilah zat-zat makanan diserap oleh tubuh.<br />
Pencernaan di dalam intestinum juga dibantu oleh pankreas. Organ ini dapat berperan sebagai kelenjar endokrin dengan menghasilkan hormone insulin dan sebagai kelenjar eksokrin dengan menghasilkan getah pencernaan berupa tripsin, amilase, dan lipase.<br />
a. Insulin berfungsi untuk mempertahankan kestabilan kadar gula darah.<br />
b. Tripsin berfungsi memecah protein menjadi pepton.<br />
c. Amilase berfungsi mengubah amilum menjadi maltosa.<br />
d. Lipase berfungsi mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.<br />
<b>D. Usus Besar</b><br />
<b> </b>Usus besar pada umumnya terdiri atas usus besar <i>ascending</i> (menaik), <i>transvers </i>(melintang), <i>descending </i>(menurun), dan berakhir pada <i>rektum</i>, yaitu bagian berotot yang mengeluarkan kotoran melalui anus.<br />
Usus besar tidak memiliki villi sehingga tidak terjadi penyerapan sarisari makanan, tetapi terjadi penyerapan air sehingga feses menjadi lebih padat. Pada kolon juga terjadi proses pembusukan sisa pencernaan (yang tidak dapat diserap usus halus) oleh bakteri <i>Escherichia coli </i>yang menghasilkan gas H2S, NH4, indole, skatole, dan vitamin K (berperan dalam proses pembekuan darah).<br />
<b>F. Anus</b><br />
<b> </b>Feses yang terkumpul dalam rektum dikeluarkan melalui saluran pengeluaran yang dinamakan <b>anus</b>. Proses pengeluaran feses lewat anus ini disebut <b>proses defi kasi</b>. Pada anus terdapat otot sfi ngter anus yang berupa otot polos dan otot lurik. Masing-masing otot ini berturut-turut berada di dalam dan bagian luar lubang anus. Saat feses menyentuh dinding rektum, otot lurik terangsang melakukan proses defi kasi. Akibatnya, secara sadar kita akan melakukan mengejan (berkontraksi). Tindakan kita ini akan menjadikan otot polos mengendur, sehingga feses keluar dari tubuh.</div></div>Uswatun Nisa Utami (Aauria)http://www.blogger.com/profile/09518899551215159332noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8814534882772623628.post-28043538860191831382011-03-19T16:10:00.001+08:002011-03-19T16:19:47.231+08:00Biologi XI<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="fullpost"></div></div>Uswatun Nisa Utami (Aauria)http://www.blogger.com/profile/09518899551215159332noreply@blogger.com0