Jumat, 27 Mei 2011

Winston Churchill

 Pemimpin yang Serbabisa

Winston Churchill. Tentu Anda sudah pernah mendengar nama tokoh
Perang Dunia II ini. Sir Winston Leonard Spencer Churchill lahir di
Blenheim Palace, Inggris, tanggal 30 November 1874. Pemimpin dunia
yang dianggap sebagai salah satu orator terbaik ini memiliki banyak
kualitas yang membuatnya terpilih sebagai salah satu tokoh dunia yang
menyumbangkan perubahan positif bagi umat manusia di berbagai bidang:
hukum, tata negara, ketenagakerjaan, literatur, dan militer. Pemimpin
serba bisa berdarah campuran Inggris dan Amerika Serikat ini ternyata
punya prinsip-prinsip hidup yang menarik untuk dipelajari.

Terus Belajar

Walaupun pendidikan umum yang dijalani tidak tuntas sampai jenjang
pendidikan tinggi, bukan berarti bekas Perdana Menteri Inggris dua
kali ini tidak cukup ber"ilmu." Sejak muda, Churchill tidak pernah
lepas dari buku. Segala jenis buku, terutama yang berhubungan dengan
sejarah merupakan "makanan"nya sehari-hari. Bahkan waktu bertugas di
medan perang pun (di Kuba, India, Sudan, dan Afrika Selatan),
Churchill selalu ditemani dengan buku dan pena. Ia belajar dari buku
sejarah, orang-orang sekitar, dan budaya yang ditemuinya. Hasil
pemikiran dari buku-buku yang dipelajari dan orang-orang serta budaya
sekitar yang diamati dituangkannya dalam bentuk buku-buku yang
berharga untuk dipelajari juga oleh orang lain. Tokoh kita, yang
bukunya The History of Second World War merupakan karya monumental di
bidang literatur, sadar bahwa sebagai pemimpin belajar merupakan
modal utama. Dengan belajar terus, wawasan menjadi lebih luas,
pengambilan keputusan menjadi lebih berkualitas, penyusunan strategi
lebih efektif, dan yang paling utama dapat membimbing bawahan untuk
maju.

Bawa Perubahan Positif

Dalam segala hal yang ditekuninya (baik sebagai tentara, penulis,
politisi, dan negarawan) sebagai seorang pemimpin, Churchill berjuang
untuk membawa perubahan positif bagi bidang yang dipimpinnya. Pada
saat menduduki jabatan President of the Board of Trade (1908-1910),
Churchill memperkenalkan pembatasan jam kerja, penetapan upah
minimum, dan perlindungan bagi pekerja dalam bentuk asuransi
kesehatan dan pengangguran. Sebagai Secretary of State for War and
Air (1919 – 1921), ia mereformasi angkatan darat dan udara Inggris.
Perubahan-perubahan lain yang dicetuskannya adalah modernisasi armada
laut Inggris.

Pantang Menyerah

Sejak awal Churchill menentang pemerintahan yang bersifat diktator.
Ini merupakan salah satu alasannya ikut ambil bagian dalam Perang
Dunia I dan II melawan para diktator yang berkuasa saat itu. Sebagai
pemimpin militer Inggris, ia juga berjuang untuk mendorong
terciptanya kemerdekaan bagi negara-negara baru di Timur Tengah dan
Afrika Utara. Untuk tujuannya ini, ia menghadapi banyak tentangan
baik dari kalangan tokoh-tokoh utama Inggris sendiri maupun tokoh-
tokoh dunia lainnya. Namun, sang pejuang yang juga sekaligus pemenang
nobel literatur ini pantang menyerah. Walaupun ia harus dikeluarkan
dari partai politik yang ditekuni atau pun dibenci oleh beberapa
tokoh politik penting di Inggris ia tetap gigih berjuang mencapai
tujuan yang dianggapnya dapat membawa kebaikan bagi orang banyak.

Kolaborasi untuk Menang

"If we are together, nothing is impossible. If we are divided, all
will fail," ungkapan yang sering dikatakan Churchill di depan
mahasiswa Universitas Harvard di Amerika Serikat. Churchill percaya
bahwa sebuah tujuan mulia untuk kepentingan orang banyak membutuhkan
keterlibatan banyak pihak agar tujuan tesebut dapat dimenangkan.
Misalnya saja pada Perang Dunia II: Winston Churchill menggalang
kerjasama antara lain dengan Amerika Serikat, Perancis, dan Uni
Soviet untuk menang berperang melawan kelompok Hitler (Jerman, Italia
dan Jepang).

Anda ingin memiliki kualitas seorang pemimpin sekaliber Winston
Churchill? Mengapa tidak memulainya dengan "belajar" dari tokoh dunia
ini, "berjuang" untuk menerapkan keempat prinsip yang telah
ditekuninya agar dampak positif segera bisa dirasakan, "pantang
menyerah" dalam mengatasi masalah yang mungkin timbul
dan "berkolaborasi" dengan pihak-pihak yang dapat membantu mencapai
tujuan yang telah ditetapkan

Sumber: Sinar Harapan - Selasa, 14 Mei 2002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar